REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) berada di level 52,51 pada September 2023. Angka itu dinilai masih ekspansi, meski melambat sebanyak 0,71 poin.
Sebelumnya pada Agustus lalu, IKI berada di posisi 53,22. Dijelaskan, penurunan nilai IKI dikarenakan adanya peningkatan persediaan produk pada hampir seluruh subsektor manufaktur.
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif menuturkan, kondisi tersebut menunjukkan produksi pada September ini belum banyak terserap di pasar, baik ekspor maupun dalam negeri. Meski demikian, lanjutnya, pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) dianggap menjadi salah satu penggerak ekonomi Indonesia khususnya industri manufaktur, salah satunya industri semen.
Diperkirakan pembangunan IKN berkontribusi terhadap penjualan semen secara nasional sekitar 800 ribu hingga satu juta ton per tahun. Febri pun menjelaskan, banyaknya barang impor yang beredar di dalam negeri menyumbang penurunan IKI dalam tiga bulan terakhir, khususnya bagi sektor yang IKI-nya mengalami kontraksi, seperti industri Tekstil dan Produk Tekstil, serta industri keramik.
Walau begitu, sambungnya, secara umum kepercayaan industri pada September 2023 masih stabil. Sebanyak 44,8 persen pelaku usaha menyatakan kondisi usahanya bulan ini tetap atau stabil.
Adapun 17 subsektor industri masih berekspansi dengan kontribusi 88,2 persen pada share Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan nonmigas kuartal II 2023. Disebutkan, subsektor industri logam dasar mengalami kenaikan nilai IKI dan berubah dari kontraksi menjadi ekspansi pada bulan ini.
Pemenuhan permintaan untuk pembagunan IKN diduga telah mendorong kinerja industri logam dasar. Febri menjelaskan, pada September ini, terdapat enam subsektor dengan nilai IKI mengalami kontraksi dan memiliki kontribusi 11,8 persen pada share PDB industri pengolahan nonmigas kuartal II 2023.
Subsektor yang kontraksi pada bulan ini meliputi Industri Tekstil, Industri Pakaian Jadi, industri Kayu, Barang Kayu dan Gabus, Industri Barang Galian Bukan Logam, Industri Furniture dan Industri Pengolahan Lainnya. Untuk Industri Barang Galian Bukan Logam kontraksi tersebut disebabkan oleh penurunan produksi industri kaca dan keramik, sedangkan pada industri semen dilaporkan mengalami peningkatan produksi.