REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Hambatan lain terhadap rencana restrukturisasi utang pengembang China, Evergrande Group, yang telah lama tertunda, menghidupkan kembali kekhawatiran terhadap sektor properti Negeri Tirai Bambu yang dilanda krisis.
Seperti dilansir dari laman Reuters, Selasa (26/9/2023), Pengembang China Oceanwide Holdings menambah kekhawatiran investor dalam pengajuan bursa yang mengatakan bahwa pengadilan Bermuda telah memerintahkan pembubaran perusahaan dan menunjuk likuidator sementara bersama.
Perkembangan terakhir ini membalikkan kelonggaran singkat bagi sektor properti China, yang menyumbang sekitar seperempat perekonomiannya. Adapun langkah-langkah dukungan yang diberikan Beijing dan dua pengembang besar lainnya yang menjalin kesepakatan utang dengan kreditor mereka.
Evergrande, pengembang yang mengantongi utang terbanyak di dunia dan merupakan contoh krisis sektor properti China, telah meminta persetujuan restrukturisasi utang luar negeri setelah gagal bayar pada 2021. Berdasarkan rencana yang diumumkan pada Maret, Evergrande mengusulkan opsi kepada kreditur luar negeri, termasuk menukar kepemilikan utang mereka menjadi surat utang baru dengan jangka waktu 10 hingga 12 tahun.
Namun dalam keadaan yang tidak terduga, Evergrande mengatakan pihaknya tidak dapat menerbitkan utang baru karena penyelidikan yang sedang berlangsung terhadap anak perusahaan domestik utamanya, Hengda Real Estate Group Co Ltd. Hengda mengatakan, bulan lalu pihaknya sedang diselidiki oleh regulator sekuritas China atas dugaan pelanggaran keterbukaan informasi.
"Harapan pemulihan yang berarti bagi pemegang utang Evergrande telah hilang. Namun likuidasi tak masuk dalam rencana Evergrande. Prioritas nomor satu pemerintah adalah memastikan pengiriman rumah pra-penjualan tepat waktu dan likuidasi Evergrande tidak akan membantu tujuan tersebut," kata peneliti senior KT Capital Group Fern Wang
Hambatan terbaru dalam rencana restrukturisasi utang Evergrande membuka peluang baru bagi pengembang hanya sepekan setelah polisi menahan beberapa staf di unit pengelolaan kekayaannya.
Restrukturisasi utang luar negeri Evergrande senilai total 31,7 miliar dolar AS, yang mencakup obligasi, agunan, dan kewajiban pembelian kembali, sehingga berpotensi menjadikannya salah satu yang terbesar di dunia. Pada Juli, sidang petisi penutupan Evergrande di pengadilan Hong Kong ditunda hingga 30 Oktober, untuk menunggu hasil pertemuan pengembang dengan kreditor untuk melakukan pemungutan suara mengenai rencana restrukturisasi utangnya.
Pertemuan itu dijadwalkan pada pertengahan Oktober. Namun, pengungkapan terbaru oleh Evergrande membuat pertemuan tersebut, serta hasilnya, diragukan. Tidak jelas apakah pengembang akan mengajukan proposal baru untuk menggantikan penawaran uang kertas baru.