Senin 25 Sep 2023 16:24 WIB

Bahaya Abrasi, Luhut Ingatkan Jangan Tebangi Mangrove untuk Bikin Arang! 

Saat ini marak penebangan mangrove tidak dibarengi dengan penanaman kembali.

Rep: Dedy Darmawan Nasution / Red: Friska Yolandha
Warga berkunjung ke Hutan Mangrove Muara Tawar Segarajaya, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (30/8/2023). Pemerintah meminta masyarakat tidak merusak hutan mangrove.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga berkunjung ke Hutan Mangrove Muara Tawar Segarajaya, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (30/8/2023). Pemerintah meminta masyarakat tidak merusak hutan mangrove.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengingatkan masyarakat pesisir untuk lebih bijak dalam memelihara pohon-pohon mangrove. Pasalnya, ia menemukan banyaknya penebangan mangrove di pesisir untuk dijadikan arang sementara tak diimbangi dengan penanaman kembali. 

“Ini pohon mangrove dipotong jadi arang dan dijual. Saya baru tahu makanan-makanan berkualitas tinggi yang pakai arang itu ya arang mangrove, itu kan repot,” kata Luhut dalam Forum Merdekat Barat, Senin (25/9/2023). 

Baca Juga

Luhut mengatakan, masyarakat yang terbiasa menebang mangrove seharusnya mencari pencaharian lain demi keberlangsungan lingkungan sekitar. Namun, bila tak ada, penebangan harus diimbangi dengan penanaman ulang sehingga berkelanjutan. 

“Misal kalau potong satu, ya tanam dua. Jadi bikin penanaman yang sesuai,” ujarnya menambahkan. 

Pada kesempatan lain, Luhut menegaskan, mangrove juga merupakan salah satu tanaman yang mampu menyerap emisi karbon ketika sudah cukup matang. Oleh karena itu, restorasi mangrove merupakan persoalan lingkungan yang penting. Dengan harga yang tidak mahal seharusnya penanaman mangrove dapat dilaksanakan setiap level.

Persoalan mangrove juga akan dibawa olehnya dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi Archipelagic and Island States (KTT AIS) 2023 segera digelar pada 11 Oktober mendatang di Bali. Pada pertemuan itu, ia ingin berbagi pengalaman dan membuka kerja sama dengan negara-negara kepulauan dalam pengelolaan mangrove di pesisir pantai. 

“Di forum-forum Internasional kan sampapi triliunan dolar, kita tidak usah seperti itu. Kecil-kecilan saja, 5 juta dolar, 10 juta dolar, tapi konkret. Misal untuk penanganan sampah laut, terumbu karang, penanaman mangrove, sampai perikanan,” kata Luhut. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement