Rabu 20 Sep 2023 19:03 WIB

Ekonom BRIN Ungkap Strategi Perbesar Surplus Neraca Perdagangan

Pemerintah juga perlu meningkatkan penetrasi ke pasar non-tradisional, selain barat.

Seorang warga pada Rabu (20/09/2023), membaca infografis tentang
Foto: ANTARA/Muzdaffar Fauzan
Seorang warga pada Rabu (20/09/2023), membaca infografis tentang "Mempertahankan surplus dagang 2023," yang dibuat oleh Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Pusat Ekonomi Makro dan Keuangan-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ragimun, mengungkapkan beberapa strategi untuk memperbesar surplus perdagangan Indonesia.

"Mungkin bisa 5-6 persen, bila memaksimalkan proses dalam hilirisasi industri serta dengan cara meningkatkan ekspor dan menurunkan impor," kata Ragimun kepada ANTARA, di Jakarta, Rabu (20/9/2023).

Sebagai contoh, ia menjelaskan dalam industri nikel, pembuatan baterai menjadi hasil akhir yang diinginkan. Namun sebelum menjadi baterai, ada bijih nikel yang dapat dimanfaatkan untuk bisa dijual sebagai nilai tambah ekspor Indonesia di pasar internasional. Hal itu menurutnya diperlukan, mengingat modal untuk pembuatan baterai sangat besar.

Lebih lanjut Ragimun menyampaikan, ekspansi dagang ke negara-negara non-tradisional seperti Amerika Latin, Afrika, serta beberapa negara Asia juga perlu dilakukan, supaya pangsa pasar Indonesia semakin luas.

"Selain penetrasi ke pasar tradisional seperti Eropa, China, dan Amerika Serikat, pemerintah juga perlu meningkatkan penetrasi ke pasar non-tradisional," ujarnya.

Di sisi lain, untuk mendapatkan keuntungan dagang yang lebih tinggi, Ragimun mengatakan pengurangan beban impor juga mesti dilakukan, dengan cara memaksimalkan produksi dalam negeri untuk bahan pokok tertentu.

Menurutnya walaupun ongkos produksi serta distribusi produk-produk dalam negeri lebih tinggi, namun dampaknya akan dirasakan secara berkelanjutan untuk Indonesia.

"Mungkin harga komoditas dalam negeri lebih mahal, tapi jangan mengambil keuntungan sesaat dari impor, harus lihat berkelanjutan," kata Ragimun.

Ia juga menyampaikan, pengalokasian uang hasil keuntungan dagang ke sektor riil harus ditingkatkan, supaya mempercepat laju perekonomian, serta menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Adapun merujuk data Badan Pusat Statistik Nasional (BPS), neraca perdagangan Indonesia per Agustus 2023 surplus sebesar 3,12 miliar dolar AS.

Hal tersebut menjadi bulan ke-40 Indonesia surplus neraca perdagangan berturut-turut sejak Mei 2020, dengan akumulasi surplus yang diperoleh sejak Januari 2023 mencapai 24,34 miliar dolar AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement