Senin 18 Sep 2023 23:06 WIB

Hentikan Sumber Energi dari Rusia, Uni Eropa Berisiko Bergantung pada Pasokan Baterai Cina

Pangsa pasar global lebih dari 50 persen Uni Eropa sangat bergantung pada Cina.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Lida Puspaningtyas
Presiden Prancis Emmanuel Macron duduk di dalam Hopium Machina Vision bertenaga hidrogen di Paris Car Show, Senin, 17 Oktober 2022. Eropa memimpin muatan ke dalam kendaraan listrik ketika mobil bertenaga baterai keluar dari ceruk pasar pengadopsi pertama mereka dan masuk arus utama dengan peningkatan pangsa pasar yang diperkirakan akan tumbuh kuat karena Uni Eropa mendorong untuk menghentikan kendaraan mesin pembakaran internal secara bertahap pada tahun 2035
Foto: AP/Gonzalo Fuentes/Pool Reuters
Presiden Prancis Emmanuel Macron duduk di dalam Hopium Machina Vision bertenaga hidrogen di Paris Car Show, Senin, 17 Oktober 2022. Eropa memimpin muatan ke dalam kendaraan listrik ketika mobil bertenaga baterai keluar dari ceruk pasar pengadopsi pertama mereka dan masuk arus utama dengan peningkatan pangsa pasar yang diperkirakan akan tumbuh kuat karena Uni Eropa mendorong untuk menghentikan kendaraan mesin pembakaran internal secara bertahap pada tahun 2035

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Uni Eropa dapat menjadi sangat bergantung pada Cina untuk baterai lithium-ion dan sel bahan bakar pada tahun 2030, sama seperti ketergantungannya pada Rusia untuk energi sebelum perang di Ukraina. Hal itu bisa dihindari jika Uni Eropa berani mengambil langkah-langkah yang kuat, sebuah makalah yang dipersiapkan untuk para pemimpin Uni Eropa mengatakan.

Dokumen tersebut, yang diperoleh Reuters, akan menjadi dasar diskusi mengenai keamanan ekonomi Eropa dalam pertemuan para pemimpin Uni Eropa di Granada, Spanyol, pada tanggal 5 Oktober 2023 mendatang.

Khawatir dengan meningkatnya ketegasan global dan bobot ekonomi Cina, para pemimpin akan mendiskusikan proposal Komisi Eropa untuk mengurangi risiko Eropa terlalu bergantung pada Cina dan perlunya diversifikasi ke Afrika dan Amerika Latin.

Makalah tersebut mengatakan bahwa karena sifat sumber energi terbarukan yang intermiten seperti tenaga surya atau angin, Eropa akan membutuhkan cara untuk menyimpan energi ter barukannya. Yakni untuk mencapai target emisi karbon dioksida nol pada tahun 2050.

"Hal ini akan meroketkan permintaan kami akan baterai lithium-ion, sel bahan bakar dan elektroliser, yang diperkirakan akan berlipat ganda antara 10 dan 30 kali dalam beberapa tahun mendatang," makalah yang disiapkan oleh kepresidenan Spanyol di Uni Eropa mengatakan.

Meskipun Uni Eropa memiliki posisi yang kuat dalam fase peralihan dan perakitan pembuatan elektroliser. Namun pangsa pasar global lebih dari 50 persen Uni Eropa sangat bergantung pada Cina. Diantaranya dengan sel bahan bakar dan baterai lithium-ion yang sangat penting untuk kendaraan listrik.

"Tanpa menerapkan langkah-langkah yang kuat, ekosistem energi Eropa dapat memiliki ketergantungan pada Cina pada tahun 2030 dengan sifat yang berbeda, tetapi dengan tingkat keparahan yang sama, dengan yang terjadi pada Rusia sebelum invasi ke Ukraina," katanya.

Menurut Komisi Eropa, pada tahun 2021, setahun sebelum invasi Rusia ke Ukraina, Uni Eropa mengambil lebih dari 40 persen dari total konsumsi gas, 27 persen impor minyak, dan 46 persen impor batu bara dari Rusia.

Penghentian sebagian besar pembelian energi dari Rusia menyebabkan guncangan harga energi di Uni Eropa dan lonjakan inflasi konsumen. Kondisi ini sehingga memaksa Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga secara tajam dalam sebuah langkah yang telah membatasi pertumbuhan ekonomi.

Baterai lithium-ion dan sel bahan bakar bukan satu-satunya area kerentanan Uni Eropa, kata makalah kepresidenan Spanyol. "Skenario serupa dapat terjadi di ruang teknologi digital," kata dokumen tersebut. 

"Perkiraan menunjukkan bahwa permintaan untuk perangkat digital seperti sensor, drone, server data, peralatan penyimpanan, dan jaringan transmisi data akan meningkat tajam dalam dekade ini,"

"Uni Eropa memiliki posisi yang relatif kuat di bidang-bidang tersebut, tetapi menunjukkan kelemahan yang signifikan di bidang-bidang lainnya," kata dokumen itu.

Pada tahun 2030, ketergantungan pada luar negeri ini dapat secara serius menghambat peningkatan produktivitas yang sangat dibutuhkan oleh industri dan sektor jasa di Eropa. Ini juga dapat menghambat modernisasi sistem pertanian yang penting untuk mengatasi perubahan iklim, katanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement