Jumat 15 Sep 2023 14:17 WIB

China Diprediksi akan Fokus Pertumbuhan Berkualitas

China akan mendukung konsumsi domestik, memajukan EBT, dan ekonomi digital.

Bendera China (ilustrasi).
Foto: AP Photo/Kin Cheung
Bendera China (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- China saat ini dalam fase ekonomi yang berbeda dengan China 10 tahun yang lalu yang terus mencatat pertumbuhan ekonomi tinggi. Saat ini China adalah negara yang lebih maju, sudah menjadi salah satu ekonomi terbesar dunia, sehingga fokus pemerintah China beralih dari mengejar pertumbuhan tinggi menjadi pertumbuhan yang lebih berkualitas.

Senior Portfolio Manager-Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Samuel Kesuma menyampaikan, dalam periode transisi ini tentunya China akan menyeimbangkan kembali (rebalancing) ekonominya. Sektor-sektor yang menjadi motor pertumbuhan di masa lampau akan relatif melemah. Sementara sektor prioritas untuk masa depan akan semakin berkembang.

Baca Juga

"Dari perspektif investasi, untuk eksposur di China kami mengunggulkan sektor yang mendapat dukungan dari kebijakan pemerintah China," kata Samuel melalui keterangan tulis, Jumat (15/9/2023).

Beberapa fokus pemerintah China adalah mendukung konsumsi domestik, memajukan industri energi baru terbarukan, pengembangan ekonomi digital, dan kemandirian sektor ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan fokus kebijakan ini, MAMI melihat sektor yang berhubungan dengan energi baru terbarukan dan rantai pasoknya dapat diuntungkan, serta sektor konsumer dan teknologi juga dapat menjadi unggulan.

China adalah mitra dagang terbesar Indonesia, sehingga perubahan kondisi ekonomi China dapat mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia. Komoditas ekspor Indonesia terbesar ke China adalah batu bara, yang permintaannya relatif resilien karena China masih mengandalkan batu bara sebagai sumber energi utama untuk pembangkit listrik. Penggunaan batu bara masih mencapai 55 persen dari total bauran energi China.

Untuk perspektif menengah-panjang, fokus pemerintah China di sektor energi baru terbarukan (EBT) dapat menguntungkan bagi Indonesia yang kaya akan komoditas yang menjadi bahan baku utama di industri EBT seperti nikel dan tembaga. "Kebijakan Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan industri manufaktur di sektor tersebut berpotensi menjadi komoditas ekspor utama baru bagi Indonesia, mengurangi ketergantungan dari ekspor batu bara," ungkap Samuel.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement