Senin 11 Sep 2023 18:54 WIB

Investasi Bisa Selamatkan Generasi Muda Agar tidak Terjebak Pinjol

Banyak generasi muda terjebak pinjol untuk gaya hidup.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Bunga pinjaman online. Country Head of GajiGesa Indonesia Ade Saragih mengatakan solusi perlu dilakukan untuk mengatasi masalah banyaknya generasi muda yang menggunakan pinjaman online.
Foto: Tim Infografis Republika.co.id
Bunga pinjaman online. Country Head of GajiGesa Indonesia Ade Saragih mengatakan solusi perlu dilakukan untuk mengatasi masalah banyaknya generasi muda yang menggunakan pinjaman online.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Country Head of GajiGesa Indonesia Ade Saragih mengatakan solusi perlu dilakukan untuk mengatasi masalah banyaknya generasi muda yang menggunakan pinjaman online (pinjol). Khususnya hanya untuk pengeluaran konsumtif atau gaya hidup.

"Solusi untuk masalah tersebut seharusnya tidak hanya berfokus pada dampak jangka pendek, tetapi juga pada kemakmuran jangka panjang mereka untuk memastikan bahwa kalangan dewasa muda Indonesia memiliki dasar keuangan yang berkelanjutan yang akan menjadi pijakan bagi kesejahteraan keuangan dan kesuksesan mereka di masa depan," kata Ade dalam webinar GajiGesa bersama Indef, Senin (11/9/2023).

Baca Juga

Dia menjelaskan, GajiGesa berkomitmen untuk membebaskan individu dari pinjaman berbunga tinggi. Sejak berdiri pada 2020, GajiGesa membantu 27.863 karyawan untuk keluar dari pinjol.

Selain itu, penelitian yang lakukan bersama Institute for Development of Economics and Finance (Indef) pada akhir 2022 mengungkapkan bahwa 42 persen karyawan Indonesia yang menghasilkan kurang dari Rp 5 juta per bulan tidak mampu menabung atau berinvestasi. Selain itu sebanyak 25.928 pengguna telah berhasil meningkatkan jumlah tabungan mereka sejak mereka mulai menggunakan GajiGesa.

"Temuan ini membuktikan bahwa earned wage access (EWA) GajiGesa menyediakan solusi yang layak untuk membantu karyawan mencapai stabilitas keuangan mereka," ucap Ade.

Selain itu, penelitian GajiGesa dan Indef juga menemukan di antara karyawan yang mampu mengalokasikan gajinya untuk investasi, sebanyak 35 persennya berinvestasi dalam emas. Sejalan dengan data tersebut, GajiGesa juga baru-baru ini memperkenalkan fitur Investasi Emas.

Melalui fitur tersebut, karyawan dari perusahaan-perusahaan yang menjadi klien GajiGesa dapat memanfaatkan gaji secara prorata untuk membeli dan menjual emas digital melalui aplikasi GajiGesa.

"Fitur investasi emas GajiGesa memungkinkan karyawan untuk memanfaatkan gaji yang mereka peroleh untuk berinvestasi dalam emas kapan saja, tanpa dibatasi oleh siklus pembayaran gaji tradisional. Dengan cara ini, karyawan memiliki kebebasan untuk membeli emas pada harga optimal dan memaksimalkan potensi keuntungan dari investasi mereka," ungkap Ade.

Dengan kombinasi aplikasi yang mudah digunakan dan opsi untuk membeli dan menjual emas dengan gaji yang diperoleh, GajiGesa memberikan individu kesempatan untuk berinvestasi dalam instrumen yang menghasilkan potensi keuntungan dan perlindungan nilai dalam jangka panjang. Fitur tersebut sejalan dengan misi GajiGesa untuk memberdayakan kalangan dewasa muda, membantu mengamankan masa depan keuangan mereka, dan membuat pilihan investasi yang tepat.

"GajiGesa dapat memainkan peran penting dalam membebaskan 10,91 juta penerima pinjaman aktif dalam kelompok usia 19 hingga 34 tahun dari risiko utang yang mengintai," jelas Ade.

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengungkapkan saat ini pinjol tumbuh pesat di Indonesia. Peneliti Center of Digital Economy and SME Indef Nailul Huda mengatakan petumbuhan pinjol di Indonesia meningkat 17 persen pada Desember 2022.

"Pertumbuhan ini akibat dari lonjakan belanja online pascapandemi, terutama di kalangan pemuda yang cenderung konsumtif," kata Nailul kesempatan yang sama. 

Dia menjelaskan, pada Juni 2023, pinjaman rata-rata yang berasal dari generasi muda berusia di bawah 19 tahun mencapai Rp 2,3 juta. Sementara untuk usia 20-34 tahun adalah Rp 2,5 juta.

Padahal, lanjut Nailul, pendapatan rata-rata generasi muda hanya Rp 2 juta per bulan. Dia menilai, masalah tersebut semakin memprihatinkan karena pendapatan pemuda lebih rendah daripada utang mereka dari pinjaman online.

"Oleh karena itu, diperlukan tindakan konkret untuk mengatasi maraknya pinjaman online ilegal," ucap Nailul. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement