REPUBLIKA.CO.ID, LABUAN BAJO -- Bank Indonesia (BI) optimistis rupiah masih memiliki peluang untuk menguat. Saat ini rupiah masih bertengger pada level sekitar Rp 15 ribu per dolar AS.
"Menguat ya, saya tidak bilang angkanya berapa. Kalau menguat pastilah (ada peluangnya) karena begini lho sebenarnya minat asing di domestik itu, sektor finansial besar," kata Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Erwindo Kolopaking di Labuan Bajo, Sabtu (9/9/2023).
Hanya saja, Erwindo menyatakan saat ini terdapat masalah tidak ada instrumen. Terlebih, Erwindo menyebut jumlah penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dari pemerintah saat ini terlihat semakin jarang.
"Jumlahnya juga misalnya dari targetnya berapa turun lebih rendah. Sehingga tadi dengan adanya instrumen, kita percaya ini akan mendorong masuk SRBI (Sertifikat Rupiah Bank Indonesia) ini dan pembiayaan dari swasta juga kemudian akan masuk ke domestik," jelas Erwindo.
Meskipun saat ini mengalami tekanan, Erwindo memastikan kebijakan untuk membuat stabilitas rupiah terus dilakukan. Sebab, lanjut Erwindo, jika hal tersebut tidak diupayakan maka akan memberikan dampak yang cukup luas.
"Karena ini dampaknya bisa ke mana-mana, bisa ke barang impor dan mengarah langsung ke inflasi," tutur Erwindo.
Dia menambahkan, saat ini nilai tukar rupiah menguat sekitar 2,2 persen dibandingkan level terakhir Desember 2022. Hanya saja, Erwindo mengakui masih ada pelemahan secara point to point.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan nilai tukar rupiah tetap terjaga sejalan dengan kebijakan stabilisasi yang ditempuh. Hingga 31 Agustus 2023, secara point to point nilai tukar rupiah terhadap dolar AS telah melemah 0,98 persen bila dibandingkan akhir Juli 2023.
Bank Indonesia memperkirakan stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian Indonesia, inflasi yang rendah. Begitu juga dengan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.
"Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valas, efektivitas implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor (DHE) SDA sejalan dengan PP Nomor 36 Tahun 2023, serta penerbitan instrumen operasi moneter (OM) yang proarket untuk mendukung pendalaman pasar uang dan mendorong masuknya aliran portofolio asin," jelas Perry.