Jumat 08 Sep 2023 17:12 WIB

Awal September 2023, Aliran Modal Asing Keluar Indonesia Rp 7,57 Triliun

Nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp 7,57 triliun.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Layar menampilkan logo Bank Indonesia (BI).
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Layar menampilkan logo Bank Indonesia (BI).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) melaporkan terdapat aliran modal asing keluar pasar Indonesia pada pekan pertama September 2023. Berdasarkan data transaksi 4-17 September 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp 7,57 triliun.

"Ini terdiri atas jual neto Rp 7,06 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp 0,50 triliun di pasar saham," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (8/9/2023).

Baca Juga

Selama 2023, Erwin mengatakan berdasarkan data setelmen hingga 7 September 2023, terdapat nonresiden beli neto Rp 84,74 triliun di pasar SBN. Selain itu, BI juga mencatat jual neto Rp 1,74 triliun di pasar saham.

Selain itu, BI juga mencatat premi credit default swap (CDS) Indonesia lima tahun pada level 80,11 basis poin (bps) per 7 September 2023. “Angka ini naik dibandingkan per 1 September 2023 sebesar 78,17 bps," ucap Erwin.

Bank Indonesia juga mencatat yield SBN 10 tahun naik ke level 6,66 persen pada akhir Kamis (7/9/2023). Lalu, pada Jumat (8/9/2023) yield SBN 10 tahun turun ke level 6,55 persen.

Sementara itu, rupiah ditutup pada level Rp 15.320 per dolar AS pada Kamis (7/9/2023). Selanjutnya rupiah dibuka pada level Rp 15.320 per dolar AS pada Jumat (8/9/2023).

Erwin memastikan Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerinyah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan. “Ini dilakukan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut,” jelas Erwin.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memperkirakan ke depan stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan hal tersebut sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian Indonesia, inflasi yang rendah, dan imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik.

Perry mengungkap sejumlah strategi untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. “Bank Indonesia terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valas,” kata Perry dalam konferensi pers RDB Bulanan BI Agustus 2023, Kamis (24/8/2023). 

Begitu juga dengan melakukan efektivitas implementasi instrumen penempatan valas Devisa Hasil Ekspor (DHE) SDA. Hal tersebut sejalam dengan PP Nomor 36 Tahun 2023 yang saat ini sudah berlaku sesuai aturan yang dibuat.

Tak hanya itu, Perry menegaskan, BI juga menerbitkan instrumen untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. “Penerbitan instrumen operasi moneter (OM) yang pro-market untuk mendukung pendalaman pasar uang dan mendorong masuknya aliran portofolio asing,” ungkap Perry. 

BI memastikan saat ini nilai tukar rupiah tetap terjaga sejalan dengan kebijakan stabilisasi yang ditempuh Bank Indonesia. Perry mengakui, peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global menyebabkan nilai tukar rupiah pada Agustus 2023 hingga 23 Agustus secara point-to-point melemah sebesar 1,41 persen dibandingkan dengan akhir Juli 2023. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement