Kamis 31 Aug 2023 18:20 WIB

Mendag: Sama Uni Eropa Kok Kita Ribut Terus

Mendag berusaha mempermudah dagang Indonesia dengan Uni Eropa

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, saat hadi di sosialisasi kebijakan perdagangan luar negeri, di Kementerian Perdagangan.
Foto: istimewa/doc humas
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, saat hadi di sosialisasi kebijakan perdagangan luar negeri, di Kementerian Perdagangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menceritakan perjuangannya untuk mempermudah dagang Indonesia dengan Uni Eropa (EU). Ia berharap perjanjian dagang dengan EU bisa dirampungkan akhir tahun agar perdagangan Indonesia bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.

"Saya baru pulang dari India bertengkar. Saya bilang sama EU itu kok kita ribut terus. Anda (EU) sama Tiongkok nggak ribut, sama Vietnam nggak ribut, sama Thailand nggak ribut, kok sama kita ribut terus?" kata Zulhas dalam kegiatan Sosialisasi Kebijakan Perdagangan Luar Negeri di, Kementerian Perdagangan, Jakarta, dalam siaran pers, Kamis (31/8/2023).

Padahal dia menyebutkan tidak ada produk dagang dari EU yang disusahkan oleh Indonesia. "Tidak ada Indonesia persulit EU nggak ada. Nah perdagangan Indonesia dan EU itu kecil 1/3  atau  1/4 Vietnam, 1/4 EU dengan Thailand, 1/4 EU dengan Singapura jadi kita masih kecil," tambah Zulhas.

Karena itu, Ketua Umum Partai PAN ini berharap, adanya CEPA antara EU dan Indonesia, perdagangan bisa lebih mudah. Sebab saat ini perdagangan Indonesia dengan EU dikenakan berbagai tarif, seperti sepatu 9% dan Tuna 20%, sedangkan produk tersebut tidak dikenakan tarif atau 0% di Vietnam dan Thailand.

"Kemendag bekerja keras agar hambatan-hambatan dagang bisa diselesaikan. Perjanjian antar ASEAN sudah. Jadi ASEAN akan mencoba seperti EU, Kita akan coba digitalisasi. Soal waktu saja, ya pabeannya, ya tarifnya, tanda tangannya nanti semua elektronik. Sudah selesai aturannya Indonesia dengan Korea Selatan, Tiongkok, Jepang, sudah diselesaikan. Sama EU sudah 9 tahun belum kelar," jelas Zulhas.

Zulhas menambahkan permasalahan EU dengan Thailand bisa 8 tahun selesai. Begitu juga dengan Vietnam. Namun hal ini tidak berlaku untuk Indonesia, karena menurutnya kurang pintar.

“Delapan tahun yang lalu EU minta belanja ikut pemerintah. Tapi Indonesia menolak, Vietnam terima, Thailand terima jadi Indonesia yang dulu lebih tinggi jadi disalip. Mudah-mudahan nanti akhir tahun (EU-Indonesia) selesai," ucap Zulhas.

Sebagai informasi, kegiatan ini dihelat oleh Ditjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag dan diikuti oleh 200 eksportir Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement