Selasa 29 Aug 2023 16:47 WIB

Jadi Central Hub di Asia, Perta Arun Gas-Asian Energy Capital Tandatangani Kesepakatan

Kapasitas produksi Blue Amonia direncanakan akan menghasilkan 600 ribu ton pertahun.

Sebagai implementasi visi perusahaan menjadi perusahan regasifikasi dan LNG Hub kelas dunia, PT Perta Arun Gas (PAG) yang merupakan anak Perusahaan PT Pertamina Gas menandatangani Development Cooperation Agreement (DCA) dengan Aslan Energy Capital Pte Ltd, Singapura (AEC).
Foto: PGN
Sebagai implementasi visi perusahaan menjadi perusahan regasifikasi dan LNG Hub kelas dunia, PT Perta Arun Gas (PAG) yang merupakan anak Perusahaan PT Pertamina Gas menandatangani Development Cooperation Agreement (DCA) dengan Aslan Energy Capital Pte Ltd, Singapura (AEC).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai implementasi visi perusahaan menjadi perusahan regasifikasi dan LNG Hub kelas dunia, PT Perta Arun Gas (PAG) yang merupakan anak Perusahaan PT Pertamina Gas menandatangani Development Cooperation Agreement (DCA) dengan Aslan Energy Capital Pte Ltd, Singapura (AEC). Kesepakatan terkait dengan pembangunan, Pengembangan dan pengoperasian fasilitas pemrosesan Blue Ammonia yang berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus Lhokseumawe (KEKAL). Penandatanganan ini dilaksanakan di Perta Arun Gas Head Office Jakarta pada akhir Juli lalu.

Ditandangani oleh President Director PAG, Bara Ilmarosa dan Managing Director ARC, Dr. Muthu Chezhian, DCA ini merupakan hasil dari penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara PAG and AEC pada Januari 2023 terkait dengan eksplorasi perkembangan gas dan energi besar. Penandatanganan ini disaksikan juga oleh Finance & GS Director, Wahid Achsanul Budaery, Jajaran Manajemen PAG dan Manajemen AEC. 

Baca Juga

Dalam sambutannya, Bara menyampaikan bahwa kapasitas produksi Blue Amonia direncanakan akan menghasilkan sebesar 600 ribu ton pertahun. “Pengembangan Blue Amonia ini merupakan pertama di Asia dalam skala yang besar, serta didukung oleh Carbon Capture and Storage (CCS) lokal yang memanfaatkan reservoar Arun,” ujarnya. 

Lebih lanjut, Bara menyampaikan proyek ini direncanakan akan diproduksi pada pertengahan 2028.

Menurut Bara penandatanganan DCA ini merupakan hal yang sangat penting, di mana akan mampu mengembangkan bisnis perusahaan terkait dengan kebutuhan energi bersih dan target dekarbonisasi. “Kami harap proyek ini akan berpengaruh secara optimal didukung oleh fasilitas infrastruktur yang berada di KEK Lhokseumawe,” tambahnya.

“Adanya ketersediaan CO2 ini adalah salah satu faktor dalam memberikan manfaat besar bagi daerah, terlebih untuk Kawasan Ekonomi Khusus Arun Lhokseumawe (Kawasan Ekonomi Khusus Arun Lhokseumawe) dan menjadi kontribusi utama PAG ke dalam strategi ketahanan energi Indonesia," katanya. 

Ia juga menambahkan bahwa kerja sama ini juga berpotensi dalam meningkatkan pendapatan perusahaan. “PAG dan AEC diharapkan dapat berkerjasama dan menjalin hubungan baik di masa mendatang,” ujar Bara.

Di samping itu, Managing Director AEC, Dr Muthu Chezhian mengatakan LNG Terminal Arun memiliki potensi yang besar untuk menjadi pusat pertumbuhan energi baru. "Diharapkan Proyek Blue Ammonia menjadi Proyek terbesar di Asia dalam memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor untuk Asia Bagian Utara,” lanjutnya. 

“Aslan berfokus pada pelaksanaan proyek-proyek energi ramah lingkungan dan infrastruktur, logistik, dan pemrosesan kelas dunia dengan Indonesia sebagai pasar hub-nya. Proyek ini akan mempercepat pembangunan regional serta mempercepat pertumbuhan ekonomi di KEK Lhokseumawe. Tidak hanya itu, kemungkinan adanya solusi net zero yang akan menguntungkan industri berat dan sektor pertanian yang berkembang pesat di Indonesia,” kata Dr Chezhian.

Berlokasi strategis di Lhokseumawe, Provinsi Aceh serta dekat jalur Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran internasional serta fasilitas eks-Kilang Arun seluas 1.400 hektare yang merupakan bagian dari kawasan ekonomi khusus (KEKAL), PAG memberikan upaya terbaiknya untuk menjadi perusahaan regasifikasi dan LNG Hub yang ramah lingkungan di sentral di Asia pada Tahun 2030.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement