Senin 28 Aug 2023 18:45 WIB

Stabilisasi Harga, Bulog akan Edarkan Beras Kemasan 1 Kilogram

Beras kemasan 1 kilogram sebagai opsi eceran bagi masyarakat.

Pekerja mengangkut stok beras kualitas medium kemasan 5 kilogram di gudang Bulog Serang, Banten, Senin (31/7/2023).
Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
Pekerja mengangkut stok beras kualitas medium kemasan 5 kilogram di gudang Bulog Serang, Banten, Senin (31/7/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perum Bulog akan segera mengedarkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) kemasan 1 kg sebagai opsi beras eceran bagi masyarakat yang tidak mampu membeli beras dengan kemasan 5 kg.

“Ini sedang kita pikirkan. Jadi, nanti Bulog juga akan membuat kemasan yang 1 kg. Jadi masyarakat yang nanti tidak bisa beli 5 kg kita akan berikan yang 1 kg,” ucap Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso usai meninjau harga beras di pasar tradisional Jakarta Timur, Senin (28/8/2023).

Baca Juga

Dirut Bulog yang akrab disapa Buwas itu menuturkan bahwa Bulog sebelumnya pernah mengedarkan beras Bulog kemasan 1 kg hingga 250 gram, namun tidak begitu laku karena sepi peminat. Kini, dikarenakan harga beras premium dan medium terus naik dan permintaan akan beras SPHP makin meningkat, maka Bulog berencana untuk kembali mengedarkan beras kemasan 1 kg. Meski belum mau menyampaikan tanggal pasti peredaran beras SPHP kemasan kecil, Buwas memastikan Bulog telah memproduksi beras SPHP kemasan 1 kg.

"Secepatnya. Pertama, kita sudah punya produksinya yang 1 kg, tinggal nanti kita edarkan kebutuhan masyarakat seperti apa, yang sekarang sudah ada memang beras komersil yang 1 kg," katanya.

Beras kemasan 1 kg tersebut rencananya akan dijual sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yakni Rp 9.450 per kg. Kendati demikian, Buwas mengatakan bahwa pihaknya tengah berfokus untuk mendistribusikan beras SPHP kemasan 5 kg sebagai upaya stabilisasi harga dan stok beras di pasaran.

Kemasan 5 kg sengaja dipilih karena Bulog tidak lagi ingin mendistribusikan beras kemasan 50 kg guna menghindari upaya penimbunan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

“Dulu Bulog operasi pasar dalam bentuk curah. Itu hilang, hanya 10 persen ke pasar paling banyak 20 persen. Sisanya dijual komersil. Jadi rakyat kecil tidak merasakan,” tuturnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement