Kamis 24 Aug 2023 15:46 WIB

Ekonomi Global Masih Meningkat, BI Tahan Suku Bunga

Keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter guna memastikan inflasi terkendali.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Fuji Pratiwi
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (tengah) bersama deputi dewan gubernur BI lainnya berfoto bersama sebelum konferensi pers RDG Bulanan BI Agustus 2023, Kamis (24/8/2023).
Foto: Republika/ Rahayu Subekti
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (tengah) bersama deputi dewan gubernur BI lainnya berfoto bersama sebelum konferensi pers RDG Bulanan BI Agustus 2023, Kamis (24/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meskipun ekonomi global masih bergejolak, Bank Indonesia (BI) tetap menahan suku bunga acuan. Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan suku bunga acuan tetap dipertahankan pada level 5,75 persen.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23 dan 24 Agustus 2023, memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen," kata Perry dalam konferensi pers RDG Bulanan BI Agustus 2023, Kamis (24/8/2023).

Baca Juga

Dia menambahkan, suku bunga deposit facility juga tetap sebesar 5,00 persen. Lalu juga suku bunga lending facility juga masih tetap sebesar 6,50 persen.

"Keputusan ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran tiga plus minus satu persen pada sisa 2023," ujar Perry.

Perry menegaskan, fokus kebijakan BI diarahkan pada penguatan stabilitas nilai rupiah. Khususnya mengendalikan inflasi barang impor dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.

Fokus kebijakan moneter diarahkan pada penguatan stabilitas nilai tukar rupiah. Hal itu juga untuk memastikan dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.

Perry menambahkan, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi domestik, kebijakan makroekonomi longgar tetap dilakukan. "Ini untuk memperkuat efektivitas pemberian insentif kepada perbankan guna mendorong kredit pembiayaan dengan fokus hilirisasi, perumahan, pariwisata dan pembiayaan inklusif dan hijau," jelas Perry.

Akselerasi digitalisasi sistem pembayaran juga terus didorong untuk perluasan inklusi ekonomi dan keuangan digital. Penguatan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran Bank Indonesia tersebut terus diarahkan untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement