Selasa 22 Aug 2023 15:38 WIB

Tak Peduli Kata IMF, Gubernur BI: Kami Lebih Berpengalaman

Perry yakin Indonesia lebih berpengalaman.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo percaya diri, Indonesia memiliki cara tersendiri dalam mengatur sektor moneter. Tak peduli kata Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF), Perry yakin Indonesia lebih berpengalaman.

"Kita tidak peduli dengan pernyataan IMF apa yang kita lakukan. Kami tahu Anda lebih pintar, tapi kami lebih berpengalaman," kata Perry dalam talkshow Asean Fest 2023, Selasa (22/8/2023).

Baca Juga

Perry menegaskan, kepercayaan diri tersebut bukan tanpa sebab. Dia menuturkan, Indonesia menggunakan kebijakan moneter makroprudensial dan fiskal.

"Kita memiliki kebijakan monter. Kita tidak hanya berfokus pada framework pengendalian inflasi," ucap Perry.

Dia menuturkan, hal tersebut juga dilengkapi dengan kebijakan stabilitas nilai tukar. Menurut Perry, dalam beberapa aspek kita perlu capital outflow namun Indonesia meminimalisir hal tersebut.

Perry memetik pelajaran, semua emerging market menghadapi trilema kebijakan. Perry mengatakan Amerika Serikat kesulitan menghadapi inflasi dengan satu kebijakan suku bunga, memakan waktu sangat lama, dan saat ini resesi.

Selain itu, Eropa juga mengalami inflasi sangat tinggi. Federal Funds Rate (FFR) dikabarkan pengetatannya akan berakhir, namun Perry mengatakan akan ada kenaikan satu atau dua kali lagi.

"Ini kenapa? Karena hanya menggunakan satu instrumen untuk menyelesaikan masalah. Ini tentu tidak bisa," ucap Perry.

Perry mengakui, Indonesia perlu menghadapi dampak spillover global. Selain itu juga perlu menjaga stabilitas keuangan, namun juga harus mendukung pertumbuhan ekonomi.

"Ini bisa bagaimana? Gunakan kebijakan moneter, tidak hanya menggunakan suku bunga, tapi juga kebijakan nilai tukar, dan kebijkan pasar keuangan," tutur Perry. 

Saat pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), BI menaikan suku bunga. Perry menilai, kenaikan suku bunga juga tidak sporadis seperti yang dilakukan oleh Amerika Serikat. 

Pada saat yang sama, ekonomi masih tumbuh tinggi yakni di atas lima persen selama tujuh kuartal beruntun. Perry menegaskan, kebijakan moneter di Indonesia prostabilitas dan propertumbuhan. 

"Makroprudensial dilengkapi dengan pendalaman pasar keuangan, inklusi keuangan, digitalisasi dan sebagainya," ucap Perry.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement