REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fortune Indonesia merilis daftar terbaru 100 perusahaan terbesar di Indonesia atau Fortune Indonesia 100. Editor-in-Chief Fortune Indonesia Hendra Soeprajitno mengatakan empat dari lima peringkat teratas merupakan setidaknya ada empat BUMN yang masuk dalam daftar, antara lain Pertamina, PLN, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank Mandiri, sementara Astra International berada di urutan ketiga dan menjadi satu-satunya perusahaan swasta dalam urutan lima besar.
"Ada 18 BUMN yang masuk dalam daftar Fortune Indonesia 100 kali ini. Total pendapatan mereka mencapai Rp 2.763,31 triliun atau setara 49 persen dari total pendapatan Fortune Indonesia 100," ujar Hendra dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (9/8/2023).
Hendra menyampaikan daftar Fortune Indonesia 100 didominasi perusahaan energi dan batu bara yang secara bersama-sama mencatatkan kinerja tertinggi sepanjang masa. Kemudian, ada juga pendatang baru dari perusahaan yang bergerak di dunia teknologi hingga konsistensi industri perbankan Tanah Air yang tetap berhasil mencatatkan pertumbuhan kinerja secara gemilang.
Seiring pulihnya perekonomian Indonesia yang diikuti dengan membaiknya kinerja para perusahaan yang ada di dalamnya, standar untuk masuk dalam Fortune Indonesia 100 kian meningkat dari masa ke masa. Pada 2021, Hendra sampaikan, sebuah perusahaan setidaknya harus membukukan pendapatan Rp 8,41 triliun agar bisa masuk dalam daftar bergengsi ini, sementara pada 2022 harus membukukan pendapatan minimal Rp 10,51 triliun.
"Total pendapatan dari 100 perusahaan terbesar di Indonesia ini pada 2022 lalu mencapai Rp 5.632,52 triliun atau naik 28,55 persen dibandingkan periode sebelumnya," ucap Hendra.
Artinya perusahaan yang masuk dalam daftar Fortune Indonesia 100 kali ini berkontribusi terhadap 28,75 persen perekonomian tanah air, yang sebelumnya hanya 25,81 persen. Hendra menjelaskan metodologi yang digunakan Fortune Indonesia sepenuhnya mengacu kepada standar Fortune 500.
Hendra mengatakan tim Fortune Indonesia mengkurasi laporan keuangan tahun fiskal 2022 dari ratusan perusahaan terbuka dan tertutup. Hendra menyampaikan sejumlah perusahaan memang tengah menghadapi beberapa problema seperti tidak akuratnya laporan keuangan yang disajikan, bahkan mengarah ke manipulasi. Namun, selama belum ada keputusan tetap hingga batas waktu yang ditentukan per 30 Juni 2023, Fortune Indonesia tidak bisa menyanggahnya.
"Metodologi yang bersifat pasti, terukur, dan telah digunakan hampir tujuh dekade menjadi alasannya," kata Hendra.