Senin 07 Aug 2023 23:58 WIB

Schneider Electric Ungkap Tiga Tahapan Wujudkan Bangunan Zero Karbon

Proyek bangunan baru mulai dirancang dan dibangun dengan konsep ramah lingkungan

Rep: Novita Intan/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Foto udara panel surya di atap pabrik Schneider Electric di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (28/7/2022). Kementerian Perindustrian mendorong pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap pada industri-industri agar bisa memberikan efisiensi  serta mewujudkan target Pemerintah Indonesia mencapai Net Zero Emission pada 2060 dan mewujudkan industri hijau.
Foto: ANTARA / Fakhri Hermansyah
Foto udara panel surya di atap pabrik Schneider Electric di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Kamis (28/7/2022). Kementerian Perindustrian mendorong pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap pada industri-industri agar bisa memberikan efisiensi serta mewujudkan target Pemerintah Indonesia mencapai Net Zero Emission pada 2060 dan mewujudkan industri hijau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan pengelolaan energi dan otomasi Schneider Electric mengungkapkan sejumlah tahapan penting dalam mewujudkan bangunan zero karbon. Hal ini untuk mendukung program pemerintah dalam pencapaian target nol emisi atau nett zero emission pada 2060. 

Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Roberto Rossi mengatakan dalam upaya menaikkan target Enhanced Nationally Determined Contribution menjadi 32 persen atau setara 912 juta ton CO2 pada 2030, dari sebelumnya 29 persen.

"Komitmen ini tentunya perlu didukung dengan upaya yang masif. Salah satunya dengan mendekarbonisasi bangunan karena bangunan menyumbang 37 persen dari emisi karbon global," ujarnya dalam keterangan tulis, Senin (7/8/2023).

Menurutnya saat ini proyek bangunan baru mulai dirancang dan dibangun dengan konsep ramah lingkungan dengan memanfaatkan teknologi yang dapat menciptakan bangunan zero carbon. Namun, hal yang juga harus menjadi fokus perhatian bersama, bagaimana mentransformasi bangunan lama agar lebih efisien dan rendah karbon.

“Mengingat sekitar 50 persen bangunan yang ada saat ini masih akan digunakan pada 2050, sebagian besar organisasi menargetkan untuk mencapai net-zero carbon,” ucapnya.

Terkait hal itu, Roberto menyebutkan, tiga tahapan yang bisa dilakukan untuk mewujudkan bangunan yang rendah karbon yakni mencakup Strategize, Digitize dan Decarbonize.

Strategize merupakan fondasi dasar dalam mendefinisikan kesuksesan dan menciptakan roadmap menuju target emisi nol bersih. Digitize merupakan langkah penting berikutnya, perusahaan memerlukan visibilitas yang berkelanjutan atas konsumsi energi dan emisi karbon untuk memperkirakan dan memvalidasi dampak dari upaya pengurangan karbonnya, mengidentifikasi anomali kinerja dan memastikan perusahaan berada dalam jalur yang tepat untuk mencapai tujuan dekarbonisasinya.

Tahapan ketiga decarbonize, yakni dua tahapan pertama digunakan untuk mempelajari dan mendapatkan wawasan yang dibutuhkan. Tahapan ketiga merupakan tindakan nyata yang diambil untuk efisiensi dan ketahanan sumber daya, dan meningkatkan keuntungan bisnis.

"Ketiga tahapan ini menjadi satu rangkaian yang tak terpisahkan untuk menghasilkan dampak yang maksimal," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement