Selasa 01 Aug 2023 19:10 WIB

Banyak Tekanan, Ideas Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi akan Melambat

Proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2023 bisa mencapai 4,5 persen.

Rep: Novita Intan/ Red: Ahmad Fikri Noor
Warga menikmati lanskap perkotaan saat waktu berbuka puasa di anjungan Halte Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Ahad (2/4/2023).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga menikmati lanskap perkotaan saat waktu berbuka puasa di anjungan Halte Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Ahad (2/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Development and Islamic Studies (Ideas) memberikan beberapa catatan terhadap perekonomian Indonesia. Pada semester I 2023, pencapaian ekonomi Indonesia mampu menunjukkan perkembangan secara positif.

Ekonom Ideas Askar Muhammad mengatakan, proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2023 berada di kisaran 4,3 hingga 4,5 persen. Meski tetap tumbuh positif, tampaknya target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,3 persen pada 2023 tidak akan tercapai. 

Baca Juga

“Pertumbuhan ekonomi yang lebih realistis pada tahun ini diperkirakan berada pada kisaran 4,9 persen plus minus satu persen,” ujarnya ketika dihubungi Republika, Selasa (1/8/2023).

Dari sisi laju inflasi cenderung tetap terjaga di bawah empat persen year-on-year selama semester pertama. Akan tetapi, menurutnya, ada anomali menarik terkait inflasi pada Ramadhan 2023 yang relatif lebih rendah dibandingkan Ramadhan sebelumnya. 

Inflasi Ramadhan 2023 mencapai 0,51 persen secara month-to-month, sementara angka inflasi Ramadhan sebelumnya lebih tinggi. Contohnya, inflasi Ramadhan 2019 sebesar 0,68 persen, Ramadhan 2018 sebesar 0,80 persen, Ramadhan 2017 sebesar 0,69 persen, Ramadhan 2016 sebesar 0,66 persen, Ramadhan 2015 sebesar 1,47 persen, dan Ramadhan 2014 sebesar 0,93 persen. 

“Anomali ini menimbulkan pertanyaan mengenai daya beli masyarakat yang terlihat lemah sebab, secara umum, inflasi Ramadhan secara signifikan lebih banyak didorong oleh pertumbuhan permintaan masyarakat,” ucapnya.

Menurutnya, penurunan tingkat inflasi pada Ramadhan dapat mengindikasikan rendahnya pertumbuhan permintaan masyarakat yang dapat berdampak pada konsumsi agregat yang menjadi pilar penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dengan sekitar 60 persen kontribusi pada perekonomian nasional.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang belum inklusif dan berkualitas juga menjadi perhatian serius pemerintah. Disparitas distribusi pertumbuhan ekonomi di beberapa daerah mengindikasikan bahwa manfaat dari pertumbuhan ekonomi mungkin tidak merata, dengan beberapa kelompok atau daerah lebih diuntungkan daripada yang lain, bahkan ada daerah yang mengalami peningkatan tingkat kemiskinan. 

“Pemerintah perlu mengambil tindakan untuk memastikan pertumbuhan ekonomi mencakup seluruh lapisan masyarakat dan memberikan dampak positif pada daerah-daerah yang masih tertinggal,” ucapnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement