Jumat 28 Jul 2023 23:59 WIB

Kementerian ESDM Percepat Konektivitas Energi di ASEAN

Kementerian ESDM mengenisiasi ASEAN Energy Business Forum 2023

Kementerian ESDM bekerja sama dengan ASEAN Centre for Energy (ACE) menginisiasi acara tahunan ASEAN Energy Business Forum (AEBF) 2023 di Bali, Indonesia pada 24-26 Agustus 2023.
Foto: dok AEBF 2023
Kementerian ESDM bekerja sama dengan ASEAN Centre for Energy (ACE) menginisiasi acara tahunan ASEAN Energy Business Forum (AEBF) 2023 di Bali, Indonesia pada 24-26 Agustus 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Kementerian ESDM bekerja sama dengan ASEAN Centre for Energy (ACE) menginisiasi acara tahunan ASEAN Energy Business Forum (AEBF) 2023 di Bali, Indonesia pada 24-26 Agustus 2023.

Forum yang mengambil tema 'Percepatan Konektivitas Energi untuk MencapaiPertumbuhan Berkelanjutan ASEAN' ini dinilai penting karena sejalan dengan visi Keketuaan Indonesia yang ingin menjadikan ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan dan dunia.

Executive Director ACE Nuki Agya Utama mengatakan, peran ACE sebagai think tank ASEAN bidang energi menjadi semakin relevan dan penting, utamanya untuk membahas mengenai membahas isu-isu energi yang krusial dan punya dampak penting bagi Asia Tenggara di tengah menguatnya arus transisi energi dari fosil ke energi baru terbarukan.

“Melalui AEBF kami menjadi jembatan untuk mempertemukan pebisnis dan industri bidang energi dengan pemerintah negara anggota ASEAN sekaligus akademisi untuk membahas isu dan melakukan kerja sama serta kolaborasi terkait energi, baik itu soal teknologi, suplai, keamanan maupun pengetahuan baru demi kepentingan kawasan,” ujarnya melalui keterangannya, Jumat (28/7/2023).

Nuki mengatakan, kepentingan negara anggota ASEAN untuk mengamankan ketahanan energi, agar tidak terjadi kekacauan seluruh negara Asia Tenggara.

Negara-negara anggota ASEAN, menurut Nuki, harus terus meningkatkan ekosistem investasi dan menjadikan prioritas transisi negara masing-masing dan regional sehingga terwujud ketahanan energi.

“Hal ini penting karena kita akan menjadi kawasan terbesar keempat di dunia 10-15 tahun ke depan. Jadi kita tidak bisa mengabaikan suplai energi yang stabil, murah dan aksesnya mudah. Jadi, AEBF ingin mencari solusi terkait keamanan energi, keterjangkauan dan akses energi serta energi yang berkelanjutan,” kata dia.

Terkait dengan energi berkelanjutan, ACE melihat tidak harus energi baru terbarukan. Nuklir yang aman dan punya kemungkinan untuk digunakan juga menjadi pembahasan.

Hasil studi ACE, beberapa teknologi energi baru terbarukan seperti solar cell dan energi angin belum cocok digunakan sebagai sumber utama energi di ASEAN, karena sifatnya yang intermiten serta kendala utama tentang kesiapan infrastruktur grid yang masih belum cukup besar kapasitasnya dan belum terkoneksi secara masif.

“Jadi ini juga soal suplai dan keberlangsungan. Di Asia Tenggara, kami menyepakati persoalan energi ini harus diselesaikan melalui keunggulan sumber energi masing-masing negara dan kawasan. Asia Tenggara ini kaya akan sumber air dan geothermal, ini yang bisa dikembangkan, juga biofuel dan biomassa,” jelasnya.

Penyelenggaraan Forum AEBF juga untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat ASEAN, bahwa memiliki banyak pilihan energi berkelanjutan, yang tidak harus mengikuti tren EBT di Eropa atau kawasan luar untuk secara perlahan melepaskan diri dari ketergantungan akan migas.

Forum AEBF juga mengundang perusahaan raksasa dari Rusia, AS, China dan Jepang. Penyelenggaraa event ini juga bersamaan dengan event the 41st ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM) dan the 3rd ASEAN International Conference on Energy and Environment (AICEE).

Untuk melengkapi penyelenggaraan AEBF, ACE juga menggelar Green Transport Rally (GTR) yang memainkan peran penting dalam meningkatkan kesadaran akan dampak positif lingkungan dan efisiensi energi dari kendaraan listrik dan opsi transportasi berkelanjutan lainnya, seperti kendaraan berbahan bakar biofuel.

Manager of Corporate Affair ACE yang juga Chairman of AEBF Andy Tirta menambahkan dalam GTR berbagai jenis kendaraan akan melakukan perjalanan darat dari Jakarta ke Bali, mempromosikan inovasi dan memajukan perjalanan ASEAN menuju lanskap transportasi yang lebih hijau.

Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Wanhar mengatakan sangat mendukung upaya kerja sama antarnegara dalam menciptakan kerja sama dan interkonektivitas terkait ketahanan energi yang berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara, terutama melalui AEBF.

"AEBF adalah satu-satunya pameran dan konferensi resmi ASEAN terkait energi yang melibatkan pembuat kebijakan regional, internasional, maupun pelaku bisnis. Potensi sumber daya energi yang beragam dan melimpah di kawasan ASEAN harus dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat serta menjaga ketahanan serta keamanan energi agar ekonomi dan bisnis kawasan terus bertumbuh," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement