Rabu 26 Jul 2023 16:29 WIB

TikTok Klaim tak Berniat Hadirkan "Project S" di Indonesia

TikTok Shop klaim 100 persen penjual di social commerce-nya dimiliki bisnis lokal.

Tiktok
Foto: Istimewa
Tiktok

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Komunikasi TikTok Indonesia Anggini Setiawan menekankan bahwa TikTok Shop tidak akan membuka bisnis lintas batas atau Project S di Indonesia guna mendukung usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) lokal Tanah Air.

"Sejak awal ketika meluncurkan TikTok Shop di Indonesia, kami memutuskan untuk tidak membuka bisnis lintas batas atau cross border di Indonesia. Ini komitmen kami," ujar Anggini dalam jumpa pers Kementerian Koperasi dan UKM bersama TikTok Indonesia di Jakarta, Rabu (26/7/2023).

Baca Juga

Anggini menyampaikan, TikTok Shop mendukung misi pemerintah Indonesia untuk memberdayakan UMKM lokal. TikTok Shop juga mengklaim bahwa 100 persen penjual di social commerce di platform memiliki entitas bisnis lokal yang terdaftar atau adalah pengusaha mikro lokal dengan verifikasi KTP/paspor.

Lebih lanjut, Anggini membantah bahwa TikTok akan meluncurkan inisiatif lintas batas atau yang dikenal dengan istilah Project S.

Project S adalah platform elektronik niaga yang diluncurkan oleh perusahaan induk TikTok, ByteDance di pasar Inggris pada Juni 2023. Proyek terbaru ini disebut memiliki konsep berbeda dengan TikTok Shop yang telah lebih dulu ada. Platform terbaru ini, akan menjual langsung dagangannya kepada konsumen dari lintas negara layaknya Amazon.

Menurut Anggini, Project S disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasar. Sementara Indonesia lebih sesuai dengan TikTop Shop yang lebih memberdayakan UMKM nasional. "Kami tidak berniat untuk menciptakan produk e-commerce sendiri yang akan berkompetisi dengan para penjual Indonesia," kata Anggini.

Anggini menyampaikan, TikTok akan selalu menghormati hukum dan peraturan yang berlaku di Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan komitmen TikTok guna memajukan UMKM.

Sementara itu, Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Fiki Satari mengatakan, UMKM harus bersaing keras dengan produk-produk impor yang dijual dengan harga sangat murah di social commerce dan e-commerce.

Menurut Fiki, social commerce memiliki kelebihan lain dibanding lokapasar yakni algoritma sebagai media sosial sehingga mampu menangkap data dari pengguna platform. "Tiba-tiba diserbu gini kan, sedangkan penggunanya banyak dan mereka punya algoritma yang luar biasa. Karena mereka punya algoritma sebagai media sosial, mereka bisa menangkap data, di sisi lain mereka juga punya e-commerce untuk berdagang," kata Fiki.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement