Senin 24 Jul 2023 19:26 WIB

Pemerintah Siapkan Ngawi Daerah Penyangga Dampak El Nino

Panen petani daerah setempat bisa menghasilkan gabah hingga 8 ton per hektare.

Petani memanen padi di sebuah sawah di samping gedung sekolah dan perkantoran di Paron, Ngawi, Jawa Timur, Senin (3/8/2020). Dinas pertanian setempat mencatat luas lahan pertanian di kawasan lumbung padi tersebut berkurang dari 50.550 hektare menjadi 50.197 hektare karena beralih fungsi menjadi perumahan, industri dan infrastruktur sehingga berdampak pada menurunnya produksi gabah dan dikhawatirkan mengganggu tingkat ketahanan pangan.
Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Petani memanen padi di sebuah sawah di samping gedung sekolah dan perkantoran di Paron, Ngawi, Jawa Timur, Senin (3/8/2020). Dinas pertanian setempat mencatat luas lahan pertanian di kawasan lumbung padi tersebut berkurang dari 50.550 hektare menjadi 50.197 hektare karena beralih fungsi menjadi perumahan, industri dan infrastruktur sehingga berdampak pada menurunnya produksi gabah dan dikhawatirkan mengganggu tingkat ketahanan pangan.

REPUBLIKA.CO.ID, NGAWI -- Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyatakan Kabupaten Ngawi menjadi salah satu daerah di Jawa Timur (Jatim) yang dipersiapkan sebagai daerah penyangga lumbung pangan jika fenomena alam El Nino melanda Indonesia pada musim kemarau 2023.

"Hari ini di daerah ini, yakni wilayah Kecamatan Geneng, kita sepakat membooster dengan mengoptimalkan lahan yang ada mulai Agustus untuk hamparan 1.000 hektare. Harapan kita, ini nanti yang menyangga kalau memang ada El Nino," kata Mentansaat melakukan panen padi, di Desa Kresikan, Kecamatan Geneng, Ngawi, Senin (24/7/2023).

Baca Juga

Menurutnya, upaya persiapan tersebut dilakukan dengan memberikan bantuan benih, pupuk organik, dan alat serta mesin pertanian (alsintan) modern, sehingga hasil produksi padi semakin meningkat. Petani juga mendapatkan bantuan pinjaman KUR, sehingga dapat berproduksi dengan bunga rendah.

Sesuai data, panen petani daerah setempat bisa menghasilkan gabah hingga 8 ton per hektare. Hasil tersebut di atas normal yang berkisar 6 hingga 7 ton per hektare.

"Dengan melihat hasil panen seperti ini, maka daya tahan Ngawi pasti bisa berkontribusi untuk kepentingan Jatim dan nasional," kata Mentan lagi.

Pihaknya juga meminta kepala daerah serta forkopimda setempat ikut turun tangan dalam mengawasi persiapan tersebut, sehingga penyediaan daerah lumbung pangan dapat maksimal.

Lebih lanjut, Mentan menjelaskan bahwa Kementerian Pertanian RI telah melakukan mitigasi dengan memiliki tiga pembagian daerah dalam menghadapi fenomena El Nino, yakni daerah hijau yang memiliki kapasitas air cukup banyak dalam kondisi apa pun.

Kemudian, daerah yang pas-pasan airnya, yakni daerah yang memerlukan intervensi teknologi dan mekanisasi varietas untuk mendukung kegiatan pertanian, serta yang terakhir adalah daerah merah.

"Daerah merah inilah yang perlu kita persiapkan lumbungnya, karena tidak memiliki suplai air," katanya lagi.

Selain mitigasi, upaya adaptasi terhadap fenomena El Nino merupakan upaya yang penting dalam kegiatan budi daya pertanian. Bagi wilayah-wilayah yang masih memiliki ketersediaan air yang cukup untuk kegiatan budi daya, disarankan melakukan percepatan tanam.

Efisiensi, efektivitas, dan optimalisasi serta antisipatif terhadap pemakaian air merupakan kunci keberhasilan budi daya pada saat El Nino. Selain itu, upaya adaptasi yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan varietas benih yang toleran terhadap kekeringan.

Peran pemerintah sebagai regulator kebijakan juga akan menjadi penentu keberhasilan sektor pertanian menghadapi El Nino. Dengan para penyuluh pertanian yang ada di lapangan menjadi garda terdepan bersama petani dalam menjaga ketersediaan pangan nasional melalui produksi domestik dan menjaga kontribusi sektor pertanian dalam perekonomian.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement