REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia memiliki 400 giga ton reservoir dari migas dan saline aquifer yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi emisi di sektor migas.
"Berdasarkan sejumlah studi, Indonesia punya potensi besar kapasitas penyimpanan CO2 antara 10 giga ton hingga 400 giga ton di reservoir migas dan saline aquifer," kata Luhut dalam Penandatanganan Impelementing Arrangement (IA) UK PACT Carbon Pricing di Jakarta, Senin (24/7/2023).
Luhut pun menyebut penerapan Carbon Capture Storage (CCS) menjadi strategi penting dalam jangka pendek untuk mengurangi emisi di sektor migas. Pengembangan metode CCS dengan verifikasi dan validasi dapat disiapkan lewat proyek percontohan.
Hal itu sebagaimana dilakukan dalam pengembangan mangrove di Kalimantan Utara. Di sana, pemerintah membangun pilot proyek blue carbon yang bisa memproduksi 59,6 juta ton untuk bisa dikreditkan.
"Ya itu paling tidak 400 giga ton yang kita ketahui sekarang. Angka itu bisa sekali lebih, karena kita ini, menurut saya, (berada di) ring of fire," kata Luhut.
Dengan potensi tersebut, Luhut menyebut Indonesia memainkan peranan besar dalam perdagangan karbon dunia karena menjadi salah satu negara yang mampu menampung CO2. Ia bahkan menyebut potensi nilai perdagangan karbon di Indonesia mencapai hingga 15 miliar dolar AS per ton.