Senin 24 Jul 2023 13:36 WIB

Pemerintah Diminta Jamin Pasokan Jagung untuk Jaga Produktivitas Telur

Kondisi populasi ayam petelur belum pulih 100 persen.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pedagang menata telur ayam di salah satu kios di Pasar Kebayoran, Jakarta, Senin (3/7/2023).
Foto: Republika/Prayogi
Pedagang menata telur ayam di salah satu kios di Pasar Kebayoran, Jakarta, Senin (3/7/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Peternak Layer Indonesia Ki Musbar Mesdi mengatakan, terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan naiknya harga telur. Musbar menyebabkan kondisi populasi ayam petelur produksi belum pulih 100 persen.

"Banyak peternak layer yang sulit bertahan dalam usahanya dan ada pula yang bangkrut akibat tekanan ekonomi yang berat saat pandemi Covid-19," ujar Musbar saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Senin (24/7/2023).

Baca Juga

Musbar menyebut, peternak layer kian tertekan dengan kenaikan harga bahan baku pakan seperti Jagung, bungkil kedelai, CPO, serta bahan baku lainnya lantaran krisis global akibat perang Rusia dengan Ukraina. Musbar mengapresiasi peran Badan Pangan Nasional (Bapanas) yang secara intens melakukan sosialisasi kepada pemangku kepentingan peternak telur di level hilir. 

"Catatannya, para pedagang bisa mengendalikan diri agar tidak menimbulkan gejolak harga telur di pasar sesuai arahan Presiden Joko Widodo," ujar Musbar. 

Musbar juga berharap pemerintah, dalam hal ini Bapanas dan Bulog dapat meningkatkan ketersediaan bahan baku. Hal ini akan membantu para peternak dalam menjaga produktivitas. 

"Ketersedian jagung bagi kebutuhan industri unggas nasional harus selalu terjamin setiap bulannya. Kebutuhan jagung industri unggas itu 650 ribu ton per bulan. Jagung bahan baku utama pakan ayam kita, pemakaiannya rata-rata 50 persen dalam pakan ayam," kata Musbar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement