REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) mendorong Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) menjadi daerah percontohan terbaik dalam mengelola perkebunan sawit nasional. Di antaranya dengan penggunaan alsintan dan perluasan program peremajaan sawit rakyat atau PSR.
Menurut SYL, selama ini program tersebut mampu membantu para pekebun rakyat dalam memperbaharui sawitnya menjadi berkualitas dan berkelanjutan. "Hari ini kita panen perdana sawit program PSR yang ditanam beberapa tahun lalu dan saya ingin berterima kasih kepada semua pihak, termasuk pemda karena telah membantu rakyat sehingga program PSR bisa berhasil luar biasa dan berkelanjutan dengan penggunaan alsintan," ujar SYL saat menggelar panen perdana program PSR di Kecamatan Teluk Gelam, Kabupaten OKI, Sumatra Selatan, Senin (17/6/2023).
SYL mengatakan, selama ini komoditas sawit merupakan komoditas andalan yang dibutuhkan dunia. Karena itu, program PSR harus diperluas ke semua sentra di seluruh Indonesia. Pemerintah bahkan telah menargetkan perluasan PSR di 21 provinsi dengan luas 180 ribu hektare per tahun.
"Target tersebut harus kita capai dan kita sepakati bersama. Apalagi selama ini sawit menjadi andalan negara kita untuk kepentingan bangsa dan negara," katanya.
Diketahui, progres realisasi PSR nasional tahun 2017-2022 mencapai 295.365 hektare, kemudian tahun 2023 mencapai 68 ribu hektare. Sementara progres realisasi PSR di Sumsel pada periode 2017-2023 mencapai 59.329 hektare. Adapun acara panen perdana tahun ini digelar di lahan 1.157 hektare yang ditanam pada 2020.
Gubernur Sumatra Selatan Herman Deru menyampaikan terima kasih atas perhatian jajaran Kementan dalam melakukan peremajaan sawit rakyat kepada pekebun di Kabupaten OKI. Herman mengaku siap melaksanakan arahan Mentan SYL dalam memperluas program PSR di Sumsel.
"Kami berjanji kepada akan memperluas peremajaan sawit rakyat di Sumsel. Kami berterima kasih karena selama ini kami dibantu terkait bibit, di mana ada bank benih perkebunan serta alsintan," katanya.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Andi Nur Alam Syah menambahkan bahwa berbagai upaya terus dilakukan dalam meningkatkan sawit. Di antaranya dengan me-launching Taksi Alsintan Bun Sawit, dengan nilai 1 paket untuk setiap luasan 200 hektare sebesar Rp 3,1 miliar.
"Paket tersebut terdiri dari 1 unit TR4 90 HP, 2 unit TR4 55 HP, 100 unit alat panen (dodos), 100 unit alat panen (egrek) dan 10 unit alat angkut panen (Crawler Dumper)," katanya.
Di samping itu, Andi Nur Alam Syah mengatakan bahwa pihaknya telah merevisi Permentan Nomor 03 Tahun 2022 menjadi Permentan Nomor 19 Tahun 2023 yang memudahkan pelayanan terhadap para pekebun rakyat.
"Yang pasti peremajaan sawit rakyat jangan hanya dipandang sebagai perbaikan tanaman kelapa sawit saja, tetapi juga harus mampu menciptakan inovasi dan optimalisasi sumber daya lahan serta pemberdayaan bagi petani sawit," ujarnya.
Sementara, ekspor kelapa sawit berdasarkan data BPS pada Bulan Juni 2023 mengalami kenaikan sebesar 55,51 persen apabila dihitung secara bulanan (month-to-month/m-t-m). Kenaikan tersebut membuat sektor pertanian berkontribusi hingga 0,36 miliar dolar AS. Sedangkan secara akumulatif, ekspor pertanian pada Januari-Juni 2023 telah membukukan 2,13 miliar dolar AS. Sektor pertanian berkontribusi sebesar 1,66 persen terhadap total ekspor Indonesia pada periode tersebut.