Jumat 07 Jul 2023 09:18 WIB

Pasar Tenaga Kerja AS Menguat, IHSG Dibuka Melemah

IHSG dibuka turun pada perdagangan Jumat (7/7/2023).

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ahmad Fikri Noor
Karyawan mengamati pergerakan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (10/2/2023).
Foto: Republika/Prayogi.
Karyawan mengamati pergerakan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (10/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka turun pada perdagangan Jumat (7/7/2023). IHSG melemah ke level 6.757,04 setelah sempat ditutup naik 0,57 persen pada perdagangan kemarin. 

Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan, pergerakan IHSG sejalan dengan bursa global. "Indeks saham di Asia pagi ini dibuka melemah mengikuti pergerakan indeks saham utama di Wall Street semalam," kata Phillip Sekuritas Indonesia.

Baca Juga

Hang Seng jatuh hingga 0,95 persen dan Nikkei terpangkas lebih dari setengah persen. Wall Street ditutup turun cukup tajam akibat tekanan aksi jual dengan Dow Jones anjlok 1,07 persen, Nasdaq terkoreksi 0,82 persen, dan S&P 500 melemah 0,79 persen. 

Data ekonomi terkini memberi sinyal pasar tenaga kerja AS tetap ketat. Hal ini memperbesar kekhawatiran bank sentral AS Federal Reserve akan menaikkan suku bunga untuk waktu yang lebih lama dari yang di perkirakan.

Data ADP Employment Report memperlihatkan sektor swasta di AS secara tak terduga menciptakan 497 ribu pekerjaan, terbanyak sejak Februari 2022 dan jauh di atas ramalan pasar 228 ribu. Jumlah orang yang berhenti dari pekerjaannya naik 250 ribu, tertinggi sejak Desember 2022 menjadi empat juta.

Lebih lanjut, data Initial Jobless Claims memperlihatkan jumlah penerima pertama kali tunjangan pengangguran bertambah 12 ribu menjadi 248 ribu untuk minggu yang berakhir 1 Juli, secara umum sesuai dengan estimasi yang sebesar 245 ribu.

Meskipun naik, data Initial Jobless Claims ini masih jauh di bawah rata-rata historisnya dan puncak tertingginya yang tercatat di tiga minggu pertama Juni. Ini menambah panjang bukti bahwa pasar tenaga kerja AS masih ketat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement