REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri ESDM periode 2000-2009 Purnomo Yusgiantoro menilai Indonesia memiliki cadangan tergolong besar sejumlah wilayah kerja migas, baik yang sudah maupun belum eksplorasi dan berproduksi. Setidaknya dibutuhkan optimalisasi pemanfaatan energi baru terbarukan terhadap fase transisi energi.
“Kita masih punya cadangan di Masela, IDD (Indonesia Deep Water), Natuna dan juga yang sudah berproduksi seperti Tangguh yang sudah masuk train III. Gas bumi akan menjadi bagian penting pada fase transisi energi menuju energi baru terbarukan. Transisi energi juga tidak bisa cepat karena kita adalah negara berkembang,” kata Purnomo dalam diskusi energi dan bedah buku Public Interest in Energy Sector yang ditulis Arcandra Tahar periode 2016-2019 dalam keterangannya, Kamis (6/7/2023).
Arcandra Tahar juga memiliki pandangan yang sama. Dalam bukunya dia mengatakan dalam kurun waktu 30 tahun ke depan merupakan masa transisi yang sangat penting dipersiapkan. “Gas bumi sebagai energi bersih yang ramah lingkungan dan cadangannya di dalam negeri masih cukup besar akan menjadi komoditas penting pada fase transisi tersebut. Harganya juga cukup kompetitif dibandingkan dengan energi fosil lainnya,” ujar Arcandra.
Sementara itu Menteri ESDM Arifin Tasrif menekankan pentingnya pemanfaatan energi di dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan domestik. Pemerintah, kata dia, saat ini terus menggalakkan eksplorasi dan eksploitasi wilayah kerja migas untuk meningkatkan produksi migas nasional, khususnya gas bumi.
“Kita masih punya potensi besar kalau dilihat dari 2,4 billion barel yang masih bisa kita bor, masih ada 45 TCF dan di luar itu ada banyak daerah yang sekarang secara intens melakukan eksplorasi," ujar Arifin
Direktur Utama PLN Darmawan Prasojo menjelaskan bahwa saat ini 60 persen sumber energi listrik PLN berasal dari PLTU yang menggunakan batubara. Namun, PLN juga terus meningkatkan penggunaan sumber energi baru terbarukan yang harganya per KWh juga semakin menurun.
“Dulu dalam beberapa kali lelang harga listrik dari angin yang sebelumnya mencapai USD 12,5 sen per KWh, saat ini sudah sekitar USD 5,5 sen per KWh. Begitu juga dengan sumber energi dari sinar matahari (solar) dalam lelang terakhir sudah di harga USD 4,5 sen per KWh,” jelas Darmawan.