REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Bank Sentral Mesir (CBE) mempertahankan suku bunga utamanya tidak berubah.
Pada Kamis (22/6/2023), CBE mengatakan, harga komoditas tampaknya turun dan pertumbuhan ekonomi kemungkinan akan pulih pada tahun fiskal yang dimulai pekan depan. Seperti yang diharapkan, Komite Kebijakan Moneter (MPC) mempertahankan suku bunga pinjaman stabil di 19,25 persen dan suku bunga deposito di 18,25 persen, demikian laporan Reuters yang dilansir Zawya, Jumat (23/6/2023).
Tidak satu pun dari 17 analis yang disurvei oleh Reuters pada Senin lalu memperkirakan perubahan.
"Indikator utama untuk kuartal 2023 menunjukkan perlambatan pertumbuhan PDB riil. Pertumbuhan PDB riil diperkirakan akan melambat pada tahun fiskal 2022/2023 dibandingkan tahun fiskal sebelumnya, sebelum pulih setelahnya," demikian tertulis dalam risalah MPC.
MPC mengatakan, harga komoditas internasional kemungkinan akan terus menurun. Inflasi utama melonjak ke 32,7 persen secara tahunan pada Mei, sedikit di bawah rekor tertinggi tapi masih di atas angka inflasi April yang sebesar 30,6 persen. Secara bulan ke bulan, inflasi Mei melonjak menjadi 2,7 persen dari 1,7 persen pada April.
Sementara pertumbuhan ekonomi turun menjadi 3,9 persen pada kuartal keempat 2022 dari 4,4 persen pada kuartal ketiga, kata MPC.
Ekspektasi kenaikan suku bunga teredam setelah Presiden Mesir Abdel-Fattah al-Sisi pekan lalu tampaknya mengesampingkan devaluasi mata uang yang akan segera terjadi, meskipun pound telah diperdagangkan sekitar 38 terhadap dolar di pasar gelap dibandingkan dengan kurs resmi sebesar 30,9 pound. Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada Februari tahun lalu, investor menarik miliaran dolar dari pasar keuangan Mesir. Bank Sentral Mesir telah menaikkan suku bunga kumulatif 1.000 basis poin dan membiarkan mata uang turun separuhnya.