Rabu 21 Jun 2023 21:56 WIB

Kemenko Ekonomi: Open Finance Percepat Transformasi Ekonomi

Pada 2022, 40 persen nilai transaksi ekonomi digital ASEAN berasal dari Indonesia.

Indonesia sebagai negara yang ekonomi digitalnya termasuk maju di kawasan Asia Tenggara diprediksi masih akan terus berkembang.
Foto: Tangkapan Layar/VOA
Indonesia sebagai negara yang ekonomi digitalnya termasuk maju di kawasan Asia Tenggara diprediksi masih akan terus berkembang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi IV Koordinasi Ekonomi Digital, Ketenagakerjaan, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Kemenko Perekonomian Rudy Salahuddin mengatakan, kehadiran industri open finance mampu mempercepat transformasi ekonomi digital di Indonesia.

"Ke depan, aplikasi open finance menjadi katalis dalam mentransformasi layanan ekonomi dan keuangan digital, atau era baru layanan keuangan mengingat adopsi teknologi pada sektor keuangan semakin luas dan mature," kata Rudy di Jakarta, Rabu (21/6/2023).

Open finance merupakan praktik berbagi data yang memungkinkan pengguna untuk membagi data keuangan mereka dengan pihak ketiga melalui open API atau Application Programming Interface.

Saat memberikan pidato pembuka dalam acara Open Finance Summit 2023 di Jakarta, Rudy menjelaskan, dalam open finance, kehadiran teknologi seperti artificial intelligence (AI), big data, machine learning, dan sistem biometrik semakin mendorong terwujudnya transformasi ekonomi digital.

Berbagai macam teknologi itu banyak dimanfaatkan dalam layanan virtual untuk membantu proses personalisasi konsumen, mendeteksi penipuan atau fraud, hingga melakukan credit scoring.

Rudy mengungkapkan bahwa Indonesia mempunyai potensi dalam perkembangan ekonomi digital. Pada 2022 saja, sekitar 40 persen nilai transaksi ekonomi digital ASEAN berasal dari Indonesia.

Pada 2023, Indonesia menjadi negara peringkat keenam dengan jumlah perusahaan rintisan (startup) terbanyak di dunia, yakni lebih dari 2.400 unit, bahkan 8 perusahaan unicorn di Indonesia saat ini mayoritas bergerak di bidang e-commerce dan fintech.

"Indonesia mempunyai potensi dalam perkembangan ekonomi digital. Pada 2022, sekitar 40 persen nilai transaksi ekonomi digital ASEAN berasal dari Indonesia. Pada 2025, nilai tersebut diprediksi meningkat 2 kali lipat menjadi 190 miliar dollar AS," ujar Rudy.

Indonesia juga menjadi salah satu negara dengan populasi penduduk terbanyak di dunia yang mana sebagian di antaranya berusia produktif. Namun, di samping bonus demografi yang dipunyai, angka kesadaran digital hanya terdapat di kota-kota besar saja.

Penetrasi pengguna internet Indonesia baru mencapai 76 persen dari total populasi.

Rudy menilai masih banyak masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan. Baru 51,8 persen dari total populasi penduduk yang memiliki rekening bank, angka itu lebih rendah dibandingkan rata-rata di kawasan Asia Pasifik.

Akses pembiayaan terhadap 64 juta UMKMjuga masih terbatas. Oleh karena itu, dengan adanya open finance, Rudy berharap industri itu mampu meningkatkan inklusi keuangan serta menutup kesenjangan digital di Indonesia.

Ketersediaan data granular dalam industri open finance dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas layanan agar semakin terpusat pada konsumen, meningkatkan loyalitas konsumen dan menjadi kunci untuk meningkatkan daya saing.

"Aktivitas digital juga terus menghasilkan digital culprit yang semakin granular hingga level individu. Contoh ketika kita berselancar pada platform digital tidak jarang pada dashboard sudah diberikan rekomendasi beberapa produk dan lainnya, sehingga berdasarkan jejak digital kita mereka sudah tahu apa yang kita inginkan,: pungkasnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement