Sabtu 17 Jun 2023 01:51 WIB

BYD Telah Menyalip Tesla, Tetapi Bisakah Masuk Pasar Mobil AS?

Mobil listrik BYD memimpin penjualan di sejumlah negara.

Dua model BYD untuk pasar Eropa hadir di Pameran Mobil Barcelona 2023 pada 11 Mei.
Foto: Carscoops
Dua model BYD untuk pasar Eropa hadir di Pameran Mobil Barcelona 2023 pada 11 Mei.

REPUBLIKA.CO.ID,Bintang YouTube Thailand Jo Chirawatt baru-baru ini mengambil dua mobil listrik (EV) terlaris di Thailand untuk test drive. Salah satunya adalah Model 3 Tesla. Yang lainnya adalah Atto 3, dibuat oleh raksasa kendaraan listrik China BYD.

Kepada para pengikutnya Chirawatt memberi pesan Atto 3 menandai momen era mobil listrik yang sangat layak menjadi perbincangan. Apalagi mobil listrik yang semula sebagai mobil yang mewah dan tak terjangkau kini menjadi kendaraan yang layak dimiliki oleh semua golongan.

Baca Juga

Dari Bangkok ke Tel Aviv, Israel, BYD — yang merupakan singkatan dari “Build Your Dreams” — telah membuat pasar mobil  listrik menembus pasar ke berbagai negara dan diproduksi secara massal. Perusahaan mobil Cina, yang juga telah menjual mobil bertenaga bensin dengan harga murah selama lebih dari satu dekade, tahun ini telah melampaui Tesla untuk menjadi merek EV terlaris di dunia.

Di pameran mobil Shanghai pada bulan April, tawaran terbesar perusahaan untuk memperluas pasarnya secara global dengan meluncurkan hatchback bertenaga baterai kompak yang disebut Seagull dan dijual sekitar  11.000 dolar AS. Ini harga terendah untuk produk yang dikembangkan BYD.

"The Seagull adalah mobil listrik dengan harga terjangkau yang mengincar pasar global dan seluruh dunia memperhatikan produk tersebut,” kata Bill Russo, pendiri dan kepala eksekutif perusahaan penasihat Automobility yang berbasis di Shanghai.

Tahun ini menandai momen kehadiran tidak hanya untuk BYD di pasar global tetapi juga untuk sektor otomotif China secara keseluruhan. Negara itu mengekspor 1,07 juta mobil pada kuartal pertama tahun ini, menurut Asosiasi Pabrikan Otomotif China — melampaui Jepang untuk menjadi pengekspor mobil terbesar di dunia.

photo
Deretan mobil menunggu dimuat ke kapal untuk diekspor di Pelabuhan Yantai di Provinsi Shangdong, China timur, pada 9 Mei 2023. - (Xinhua)

 

Satu dari setiap empat mobil baru yang terjual secara global adalah listrik. Model BYD sekarang menjadi kendaraan listrik terlaris di Thailand, Israel, Selandia Baru, dan Singapura.

Seperti banyak perusahaan teknologi China sebelumnya, BYD menargetkan pasar negara berkembang yang berkembang pesat tanpa merek lokal yang kuat. IBYD melakukan hal yang sama dengan mobil bertenaga gas sebelumnya, menjual di seluruh Amerika Selatan, Afrika, dan Timur Tengah.

Sekarang, BYD berlomba untuk memasukkan konsumen mobil listrik pertama di berbagai negara terpikat dengan mobil listrik yang diproduksinya. BYD membangun mimpinya hampir di semua tempat, kecuali Amerika Serikat.

Di Thailand, Atto 3 menyumbang hampir 40 persen pasar EV lokal pada kuartal pertama tahun ini. Kini BYD juga memiliki potensi untuk menjadi salah satu penjual EV teratas di India, di mana ia memiliki pabrik perakitan di negara itu.

photo
BYD Atto 3 jadi mobil listrik terlaris di Thailand. - (CarNewsChina.com)

 

“Jika Tesla memutuskan untuk memasuki pasar di Amerika Latin atau Asia Tenggara, tebak siapa yang harus mereka lawan di setiap pasar itu?” kata Tu Le, pendiri konsultan Sino Auto Insights yang berbasis di Beijing. “Itu keuntungan bagi BYD.”

Tetapi menjadi pendatang baru memiliki kelemahan. Di pasar yang diincar seperti Australia, orang-orang di media sosial mempertanyakan umur panjang dan keandalan jangka panjang dari model dengan harga murah yang diproduksi BYD Dalam survei JD  Power tahun 2022, BYD tertinggal dari pesaing asingnya dalam beberapa metrik, termasuk keandalan dan performa.

Dan BYD tidak tumbuh dengan sendirinya. Selama lebih dari satu dekade, perusahaan telah menerima dukungan miliaran dolar dari pemerintah China. Persaingan kejam, negara mendukung revolusi mobil listrik China.

Industri EV telah lama menjadi prioritas bagi Beijing, yang berusaha mengekang ketergantungan China pada bahan bakar fosil dan pembuat mobil asing dengan mendukung penguasaan perusahaan domestik atas setiap bagian rantai pasokan EV.

Pada tahun 2018, pemerintah China telah menghabiskan hampir 60 miliar dolar AS untuk mencapai transisi ke “kendaraan energi baru”, menurut Pusat Kajian Strategis dan Internasional di Washington.

Karena China menjadi prosesor dominan untuk mineral penting yang masuk ke baterai EV — 95 persen mangan dan lebih dari 60 persen kobalt dan litium diproses di China —, EV China, dan pembuat baterai seperti BYD mendapat manfaat dari hibah, subsidi, dan kredit pajak pemerintah.

Insentif ini memicu pertumbuhan lusinan perusahaan EV di China, semuanya bersaing untuk mendapatkan posisi teratas di pasar. Pertarungan begitu sengit sehingga Tesla berulang kali memangkas harga.  Analis memperkirakan bahwa Seagull dari BYD akan membawa kompetisi kejam ini ke pasar di seluruh dunia.

CEO Tesla Elon Musk "suka berpikir" dia bisa membuat EV terjangkau untuk semua orang - dia telah berbicara tentang kendaraan listrik seharga 25.000 dolar AS selama bertahun-tahun.  “Tetapi dia ternyata tidak memilikinya sekarang," kata Russo, dari Automobility.

photo
Chief Executive Officer Tesla Elon Musk meninggalkan sebuah hotel di Beijing, saat melakukan kunjungan ke China 31 Mei 2023. - (Reuters)

 

“BYD memiliki kendaraan listrik seharga 11.000 dolar AS, dan akan tersedia tahun ini. Jika ada yang mendemokratisasi EV, itu adalah Wang Chuanfu, dan dialah yang seharusnya disebut Henry Ford abad ke-21,” ujar Russo.

Wang, seorang ahli kimia, mendirikan BYD pada tahun 1995 awalnya untuk membuat baterai laptop dan ponsel seperti Motorola Razr. Dua puluh tahun yang lalu, Wang membeli perusahaan mobil yang gagal dengan ide membuat baterai untuk itu juga.

Analis menggambarkan Wang sama gigih dan ambisiusnya dengan Musk. Selama tur pabrik pada tahun 2008, menurut majalah Fortune, Wang memberi tahu David Sokol, seorang eksekutif di perusahaan investasi Warren Buffett Berkshire Hathaway, bahwa dalam upaya membuat baterai yang dapat didaur ulang, BYD telah mengembangkan cairan baterai yang tidak beracun.

Kemudian, untuk membuktikannya, Wang menuangkannya ke dalam gelas — dan meminumnya. Sokol tidak ikut meminumnya. Namun beberapa bulan kemudian, Buffett menginvestasikan 230 juta dolar AS di perusahaan itu..

Di Tesla, Musk fokus membuat EV menjadi pembelian aspiratif yang mencolok. Tetapi di BYD, Wang menggandakan teknologi baterai perusahaan. Dia bersikeras bahwa baterai BYD menjadi sangat efisien sehingga jika mobil tidak berfungsi, perusahaan dapat membuat baterai untuk pesaing. Saat ini, BYD menjual baterainya ke Tesla dan Ford.

“BYD selalu membuat chipnya sendiri dan membuat baterainya sendiri serta merekayasa sendiri,” kata Le, dari Sino Auto Insights.

Semua rencana besar Tesla berputar di sekitar perusahaan ingin mengambil kepemilikan beberapa perusahaan rekayasa komponen, kata Le. "Pada dasarnya, mereka mengatakan ingin menjadi BYD."

Ketika diminta untuk menyebutkan kompetisi terbesar Tesla selama awal tahun ini, Musk menjawab, "Beberapa perusahaan di luar China."

Mitra bisnis lama Buffett, Charlie Munger mengatakan pada bulan Februari bahwa BYD "jauh di depan Tesla ... itu konyol."

Tesla memicu gelombang minat pada EV di China pada tahun 2019 ketika Tesla membuka pabrik raksasa di Shanghai. Langkah itu memicu persaingan di antara lusinan perusahaan EV China karena penjualan melampaui target pemerintah.

Selama pandemi, sementara sebagian besar pembuat mobil dunia menghadapi gangguan rantai pasokan yang besar, BYD dan Tesla dapat terus mengekspor. Menurut Badan Energi Internasional, tahun lalu, lebih dari sepertiga EV dunia diekspor dari China, naik dari seperempat tahun sebelumnya. 

Ketika ketegangan antara Beijing dan Washington meningkat dan kedua belah pihak bergerak untuk menopang pertumbuhan industri teknologi dalam negeri mereka, EV buatan China menghadapi banyak rintangan untuk masuk ke pasar AS. Ini termasuk tarif impor yang tinggi dan kredit pajak hingga 7.500 dolar AS untuk konsumen yang membeli EV yang dirakit di Amerika Utara.

Wang baru-baru ini mengatakan strategi ekspansi perusahaan, untuk saat ini, diperlukan untuk menghindari negara- negara produsen otomotif global seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang dan Korea Selatan, di mana "risiko politik relatif tinggi."

Analis mengatakan tarif tinggi tidak akan membuat merek China masuk pasar AS untuk waktu yang lama. Tesla mengumumkan pada bulan Maret bahwa mereka akan membuka pabrik raksasa berikutnya di Meksiko.  Pembuat EV China dapat mengikuti  langkah Tesla, dan berpotensi menghindari pembatasan AS pada impor China dengan manufaktur di Amerika Utara.

“Sejak awal, semua pembuat mobil China ingin pergi ke AS, tetapi mereka merasa sulit,” kata Steven Dyer, mantan eksekutif Ford dan direktur pelaksana di konsultan AlixPartners yang berbasis di Shanghai. “Akhirnya, Anda akan melihat banyak kendaraan merek China di AS, hanya masalah waktu – tetapi mereka akan pergi ke tempat yang lebih mudah terlebih dahulu.”

 

sumber : Washingtonpost.com
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement