Jumat 16 Jun 2023 16:12 WIB

KBRI Tokyo: Indonesia dan Jepang Dapat Saling Mengisi

Indonesia dapat melengkapi Jepang dari sisi ketenagakerjaan.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Lida Puspaningtyas
Duta Besar RI untuk Jepang, Heri Akhmadi berbincang dengan Wakil Pemimpin Redaksi Republika, Nur Hasan Murtiaji di KBRI Tokyo, Jepang.
Foto:

T: Prioritas seperti apa yang menjadi perhatian dalam relasi ini?

J: Pertama, tentu dalam hubungan ekonomi kedua negara yang dilihat adalah soal perdagangan, investasi, dan pariwisata. Kenapa ini penting? Karena dari sisi perdagangan tentu kita tahu semua negara besar melakukan itu. Kalau tidak bisa berdagang ya akan terkurung dan mentok sendiri.

Alhamdulillah, Indonesia telah menjadi trading nation yang semakin berkembang dan semakin pesat. Hubungan perdagangan Indonesia dan Jepang pada tahun lalu mencapai tingkat tertinggi yang selama ini pernah dicapai yakni sebesar 42 miliar dolar AS. Menurut hemat saya, Jepang bisa menjadi mitra dagang yang terus berkembang ke depannya.

Kemudian, soal investasi. Proyek terbesar Jepang yang ada di Indonesia itu adalah pengembangan lapangan gas Masela. Nilai investasinya sekitar 20 miliar dolar AS. Sepanjang sedekade terakhir, Jepang juga menjadi investor terbesar kedua bagi Indonesia. Hanya kalah dengan Singapura.

Investor Jepang masuk ke berbagai bidang investasi. Otomotif menjadi investasi Jepang sejak awal di Indonesia. Indonesia bahkan menjadi pengekspor mobil yang nilainya mencapai lebih dari 7 miliar dolar AS dan mayoritas dari pabrikan Jepang.

Kemudian, yang kedua adalah infrastruktur. Pembangunan jalan, listrik, dan lain-lain itu juga bagian dari investasi besar Jepang di Indonesia.

Yang ketiga, dan ini sedang bertumbuh, investasi Jepang meningkat di bidang properti. Beberapa bulan lalu, investor Jepang meluncurkan proyek pembangunan Gedung Taspen. Itu akan menjadi gedung apartemen tertinggi di Jakarta. Jadi, memang investasi Jepang ke Indonesia itu besar sekali.

Kemudian, terkait pariwisata. Ini perkembangannya menarik karena tren sebelum Covid-19 itu justru wisatawan Indonesia yang meningkatnya lebih pesat ke Jepang daripada turis Jepang ke Indonesia. Namun demikian, tetap turis Jepang juga sangat besar jumlahnya dan sedang bertumbuh lagi (setelah pandemi).

Sekarang sudah ada penerbangan kembali antara Tokyo-Denpasar ditambah juga dengan penerbangan yang transit di Manado. Ini diharapkan bisa terus meningkatkan jumlah wisatawan.

Kenapa pariwisata penting? Pada dasarnya, karena ini akan menjadi mendukung perputaran ekonomi terutama di kalangan pelaku bisnis wisata menengah ke bawah.

Satu bidang yang juga tumbuh pesat adalah di sektor tenaga kerja. Sebelum Covid-19, tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Jepang itu sekitar 35 ribu orang dan terdiri atas kebanyakan pemagang.

Akan tetapi, belum sampai setahun setelah dibukanya kembali Jepang pascapandemi, jumlah tenaga kerja Indonesia di Jepang mencapai 70 ribu. Sebanyak 20 ribu di antaranya adalah tenaga kerja berketerampilan spesifik atau specified skilled worker (SSW). Diharapkan, ke depan akan ada perubahan kebijakan sehingga yang akan didatangkan ke Jepang itu bukan lagi pemagang tapi tenaga kerja berkeahlian.

SSW ini dibatasi dalam 14 bidang. Termasuk utamanya yang besar adalah nurses dan caregiver atau perawat. Ada juga pekerjaan antara lain di sektor pertanian, konstruksi, dan perikanan.

Ke depan, Jepang juga membutuhkan tenaga TI. Dalam lima tahun mendatang, jepang memerlukan 250 ribu pekerja TI. Jumlah yang sama juga diperlukan untuk tenaga kerja seperti perawat.

Ini memang berkaitan dengan struktur masyarakat Jepang yang kita tahu memasuki aging society. Mereka membutuhkan tenaga yang mengurusi orang tua.

Selain itu, mereka juga butuh lebih banyak lagi tenaga kerja dalam bidang-bidang pekerjaan baru dengan kemampuan baru dan pengetahuan baru. Jepang sedang mengejar ketertinggalannya dalam dunia TI.

Banyak sekali mahasiswa kita yang mengambil pendidikan di bidang TI dan kemudian tidak pulang karena benefit dan gaji mungkin lebih menarik sehingga tidak pulang. Memang ini menjadi tantangan sebetulnya karena kita di Indonesia juga memerlukan (tenaga TI).

T: Tenaga kerja terampil ini tetap menjalin hubungan dengan keluarganya di Tanah Air. Bagaimana layanan perbankan nasional memenuhi kebutuhan finansial mereka?....

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement