REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo meluncurkan Rancangan Akhir Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 yang disusun Kementerian PPN/Bappenas untuk mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045. Presiden mengatakan ada tiga hal pokok yang menjadi acuan pembangunan Indonesia, yakni stabilitas bangsa yang terjaga, keberlanjutan dan kesinambungan, serta sumber daya manusia yang berkualitas.
"Jangan hanya menang dari segi jumlah, tetapi juga harus dari segi kualitas SDM-nya. Baik secara fisik, skill, karakter produktif, dan karakter disiplin yang harus kita benahi total, termasuk penguasaan iptek," ungkap Presiden.
Untuk memastikan tercapainya tujuan itu, penyusunan RPJPN 2025-2045 melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang berkontribusi untuk menajamkan target dan sasaran pembangunan. Hal ini agar mampu membawa Indonesia menjadi negara maju.
RPJPN berperan sebagai dokumen perencanaan pembangunan 20 tahunan. "Sekarang saya tanya ke Menteri PPN/(Kepala) Bappenas, sudah lebih taktis dan lebih detail. Karena kita berhadapan dengan kompetisi dengan negara-negara lain, nggak bisa lagi kita kayak dulu-dulu, memakai istilah-istilah yang absurd," ujar Presiden.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa mengatakan pada 2045 bangsa Indonesia diharapkan menjadi negara dengan pendapatan per kapita setara negara maju. "Diperkirakan, kita akan mencapai 30.300 dolar AS per kapita atau kita akan mencapai 21 ribu dolar AS pada 2037," ucap dia.
Visi Indonesia Emas 2045 juga menargetkan Indonesia sebagai negara yang memiliki kepemimpinan dan pengaruh yang kuat di dunia internasional. Dengan angka kemiskinan mendekati nol persen dan ketimpangan berkurang. Untuk mewujudkan target tersebut, RPJPN 2025-2045 telah merumuskan 8 Agenda Pembangunan, 17 Arah Pembangunan yang diukur melalui 45 Indikator Utama Pembangunan.
Suharso mengatakan, dalam menghadapi megatren global yang didorong disrupsi teknologi, Indonesia harus mampu menciptakan perubahan. Strategi besar yang diperlukan adalah utamanya industrialisasi sebagai salah satu jawaban untuk membangkitkan dan mendorong pertumbuhannya ekonomi Indonesia.
"Kita harus fokus pada industri-industri tertentu, pertumbuhan industri manufaktur kita harapkan bisa lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi sehingga kontribusinya terhadap industri manufaktur terhadap PDB bisa mencapai 30 persen," kata Suharso.