Jumat 09 Jun 2023 19:39 WIB

Pembayaran Lewat Dompet Digital di Indonesia Saingi Pembayaran Tunai

Milenial paling banyak menggunakan dompet digital untuk pembayaran.

Pembeli memindai QR code untuk pembayaran beras operasi pasar di Kios Segoro Amarto, Pasar Beringharjo, Yogyakarta, Senin (13/2/2023). Sebanyak tiga ton beras premium disiapkan oleh Bank Indonesia guna operasi pasar untuk stabilitasi harga sembako sekaligus sarana sosialisasi pembayaran digital. Operasi pasar ini digelar karena ada kenaikan harga beras pada Januari dan Februari. Kegiatan ini dilakukan di tiga  tempat yakni Pasar Beringharjo, Pasar Kranggan, dan Pasar Prawirotaman yang bekerja sama dengan Kios Segoro Amarto.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pembeli memindai QR code untuk pembayaran beras operasi pasar di Kios Segoro Amarto, Pasar Beringharjo, Yogyakarta, Senin (13/2/2023). Sebanyak tiga ton beras premium disiapkan oleh Bank Indonesia guna operasi pasar untuk stabilitasi harga sembako sekaligus sarana sosialisasi pembayaran digital. Operasi pasar ini digelar karena ada kenaikan harga beras pada Januari dan Februari. Kegiatan ini dilakukan di tiga tempat yakni Pasar Beringharjo, Pasar Kranggan, dan Pasar Prawirotaman yang bekerja sama dengan Kios Segoro Amarto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi Consumer Payment Attitude Visa 2022 mengungkapkan pembayaran melalui dompet digital telah mengambil alih pembayaran tunai di Indonesia dengan tingkat penggunaan hingga 93 persen.

Adapun tercatat 84 persen masyarakat Indonesia menggunakan uang tunai. Sedangkan 80 persen memilih pembayaran melalui kartu kredit atau kartu debit.

Baca Juga

"Alasan terbanyak mengurangi uang tunai yakni 56 persen merasa kurang aman karena bisa jatuh atau dicuri," ujar Presiden Direktur Visa Indonesia Riko Abdurrahman dalam acara Contactless Talk bertajuk 'Siapkah Kita Meninggalkan Uang Cash?', yang dipantau secara virtual di Jakarta, Jumat (9/6/2023).

Ia melanjutkan, alasan lainnya yakni sebanyak 53 persen lebih sering menggunakan pembayaran tanpa kontak (contactless) seperti dompet digital atau kartu tanpa kontak, 48 persen merasa kurang aman karena bisa menyebarkan infeksi, 47 persen merasa tidak perlu membawa banyak karena gampang menarik uang, serta 44 persen merasa membawa uang tunai merepotkan dan sudah banyak yang menyediakan pembayaran nontunai.

Dari sisi usia pengguna dompet digital, generasi boomers (1946-1964) menempati peringkat kedua yakni sebanyak 95 persen, setelah generasi Y atau milenial (1977-1994) sebanyak 96 persen. Generasi Z (1995-2010) justru menempati posisi ketiga sebesar 89 persen.

Secara keseluruhan, kata Riko, di Indonesia uang tunai memang masih digunakan secara luas, tetapi tingkat penggunaannya menurun dari 87 persen di tahun 2021 menjadi 84 persen di tahun 2022.

Yang paling melesat naik yaitu pembayaran dari aplikasi (in-app payment), dari hanya 45 persen pada 2021 menjadi 80 persen di 2022. Kemudian disusul QR payment yang naik dari 50 persen di 2021 menjadi 62 persen di 2022.

Untuk pembayaran menggunakan kartu, metode gesek masih yang paling banyak digunakan sebanyak 59 persen, disusul oleh kartu kredit atau debit online sebanyak 55 persen.

Sedangkan untuk kartu tanpa kontak, penggunaannya meningkat setiap tahun, dari 31 persen di 2020, 33 persen di 2021, dan di tahun 2022 sebanyak 34 persen.

Studi Visa turut mencatat sebanyak dua dari tiga masyarakat Indonesia sudah mencoba untuk melakukan gerakan nontunai. Di antara mereka, generasi muda menjadi pendorong yakni generasi Z sebesar 78 persen, generasi Y 74 persen, serta segmen kaya 73 persen.

Influencer gaya hidup Dimas Ramadhan merupakan salah satu gambaran anak muda Indonesia yang sudah mengadopsi gaya hidup nontunai. "Saya pribadi menggunakan pembayaran dengan nontunai 99 persen karena tidak ribet, lebih mudah, dan mempercepat proses pembayaran. Lebih nyaman, apalagi di Indonesia sudah ada e-wallet," ucap Dimas.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement