Rabu 31 May 2023 12:59 WIB

Walhi Khawatir PP 26 Tahun 2023 Legalkan Tambang Pasir di Seluruh Indonesia

Izin ekspor pasir akan memperparah dampak perubahan iklim di Indonesia.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Friska Yolandha
Foto udara kerusakan kawasan pertanian yang diterjang banjir bandang di Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (4/10/2022). Seluas 75 hektare lahan pertanian di Desa Sinagar dan Indrajaya rusak diterjang banjir bandang yang diduga disebabkan aktivitas tambang pasir di kawasan Gunung Galunggung dan dialihkannya saluran Sungai Cibanjaran oleh pengusaha tambang.
Foto: ANTARA/Adeng Bustomi
Foto udara kerusakan kawasan pertanian yang diterjang banjir bandang di Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Selasa (4/10/2022). Seluas 75 hektare lahan pertanian di Desa Sinagar dan Indrajaya rusak diterjang banjir bandang yang diduga disebabkan aktivitas tambang pasir di kawasan Gunung Galunggung dan dialihkannya saluran Sungai Cibanjaran oleh pengusaha tambang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) memprotes keras ekspor pasir laut yang direstui lewat Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2023 tentang Pengelolaan Hasil Sedimentasi di Laut. PP tersebut resmi diundangkan pada 15 Mei 2023.

"Cabut PP No 26 Tahun 2023 tentang Pengelolaan Hasil Sedimentasi Laut, moratorium permanen tambang pasir laut dan reklamasi pantai di Indonesia," kata Manajer Kampanye Pesisir dan Laut Eksekutif Nasional Walhi Parid Ridwanuddin kepada Republika.co.id, Rabu (31/5/2023).

Baca Juga

Walhi menegaskan, regulasi soal ekspor pasir wajib ditolak oleh masyarakat Indonesia. Sebab, kebijakan itu akan melegalkan tambang pasir di semua tempat di Indonesia.

"Kebijakan ini bertentangan dengan fitrah Indonesia sebagai negara kepulauan yang kaya dengan keanekaragaman hayati," ujar Parid.

Walhi mengingatkan, kebijakan ini akan memperparah dampak buruk krisis iklim. Walhi meyakini, masyarakat pesisir akan makin miskin karena ruang hidupnya dihancurkan lewat kebijakan tersebut.

"Dampaknya krisis ekologis di wilayah pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil akan semakin parah. Banyak pesisir akan terkena abrasi, desa-desa pesisir dan pulau-pulau kecil tenggelam," ujar Parid.

Berdasarkan hal itu, Walhi di 28 provinsi se-Indonesia menyerukan kepada masyarakat untuk mendesak Presiden Jokowi mencabut PP No 26 Tahun 2023 tentang Pengelolaan Hasil Sedimentasi Laut. Selanjutnya, Presiden Jokowi didesak untuk melakukan moratorium permanen tambang pasir laut dan reklamasi pantai di seluruh wilayah Indonesia.  

"Ayo serukan pencabutan PP No 26 Tahun 2023 tentang Pengelolaan Hasil Sedimentasi Laut, moratorium permanen tambang pasir laut dan reklamasi pantai di seluruh wilayah di Indonesia," imbau Parid.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement