REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Asuransi BRI Life bertekad menjadi perusahaan asuransi jiwa nomor satu di Indonesia. Direktur Utama BRI Life Iwan Pasila mengatakan, BRI Life ingin mengikuti jejak kesuksesan induk usaha, BRI yang menjadi salah satu bank terbesar di tanah air.
"Dalam skenario besar sampai 2026, kita berharap bisa memenuhi aspirasi pemegang saham untuk menjadi perusahaan asuransi jiwa pilihan rakyat Indonesia. Kalau banknya, Bank Rakyat Indonesia, nah ini asuransi jiwanya menjadi asuransi jiwa rakyat Indonesia," ujar Iwan saat jumpa pers Kinerja Kuartal I 2023 PT Asuransi BRI Life di Gedung BRIlian, Jakarta, Selasa (30/5/2023).
Iwan menyampaikan, BRI Life saat ini tercatat sebagai perusahaan asuransi nomor dua atau tiga di Indonesia dari sisi premi baru. Iwan tak menampik jika langkah ini tidak mudah mengingat harus berhadapan dengan perusahaan asuransi jiwa yang besar lainnya sepetti Allianz dan Prudential.
"Kita itu ada di posisi dua atau tiga, mimpinya pasti ingin melompat ke nomor satu. Tantangannya tidak mudah karena bersaing Allianz dan Prudential. Ini tantangan besar buat kami," ucap Iwan.
Untuk mencapai target tersebut, Iwan menargetkan jumlah pemegang polis BRI Life dapat menyentuh angka 50 juta nasabah pada 2027 atau dua kali lipat dari total pemegang polis pada 2023 yang sebanyak 26 juta orang. Dalam menyambut pertumbuhan pemegang polis, Iwan mengatakan perusahaan juga menaruh perhatian besar dalam peningkatan digitalisasi.
"Dua-tiga tahun lalu klaim meninggal butuh 14 hari kerja, sekarang tiga hari kerja sudah bisa dibayar. Kita terus mendorong bagaimana caranya bisa cepat bayarkan klaim, tapi tetap akurat karena akurasi ini menjadi penting," kata Iwan.
Direktur Operasional BRI Life Yossie William Iroth mengatakan perusahaan terus memastikan kemampuan sistem, teknologi, dan kapasitas dalam menampung transaksi jumlah transaksi yang semakin besar. Yossie menyebut mayoritas belanja teknologi perusahaan fokus terhadap pengembangan kapasitas.
"Tadi sempat disampaikan Pak Dirut, kita pernah dua juta transaksi per bulan dan tidak ada asuransi lainnya dengan jumlah transaksinya seperti itu," jelas Yossie.
Yossie menyampaikan BRI Life juga telah membuat simulasi kemampuan teknologi perusahaan dalam mengakomodasi kebutuhan nasabah. Hal ini penting sebagai langkah antisipatif dalam memenuhi peningkatan transaksi di masa depan.
"Kami di IT juga mencoba menyimulasikan kira-kira kalau transaksi itu terjadi dalam satu hari apakah kami mampu atau tidak. Jadi kami sudah mulai dan sekarang kemampuan instruktur teknologi yang ada di BRI Life itu bisa menampung sekitar 2.600 transaksi per detik," kata Yossie.