Jumat 26 May 2023 02:20 WIB

Inflasi Bawa Jerman Masuk Resesi

Lemahnya daya beli akibat inflasi membuat ekonomi Jerman terkontraksi.

Bendera Jerman. Inflasi yang terus-menerus telah mendorong Jerman ke dalam resesi pada kuartal pertama tahun ini.
Foto: chaldean.org
Bendera Jerman. Inflasi yang terus-menerus telah mendorong Jerman ke dalam resesi pada kuartal pertama tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Inflasi yang terus-menerus telah mendorong Jerman ke dalam resesi pada kuartal pertama tahun ini.

Negara ekonomi terbesar Eropa juga sangat terpengaruh ketika pasokan gas Rusia terhambat setelah invasi Ukraina. 

Baca Juga

Badan Statistik Jerman mencatat, ekonomi Jerman berkontraksi sebesar 0,3 persen pada Januari-Maret. Kondisi itu melanjutkan kontraksi 0,5 persen dalam tiga bulan terakhir tahun lalu.

Suatu negara dianggap berada dalam resesi ketika ekonominya menyusut selama dua kuartal berturut-turut.

"Di bawah beban inflasi yang sangat besar, konsumen Jerman menyerah dan itu menyeret seluruh perekonomian turun," kata Analis di DekaBank, Andreas Scheuerle, dilansir BBC, Kamis (25/5/2023).

Tingkat inflasi Jerman mencapai 7,2 persen pada April, di atas rata-rata kawasan euro tetapi masih di bawah Inggris yang sebesar 8,7 persen. Harga yang lebih tinggi membebani pengeluaran rumah tangga untuk hal-hal seperti makanan, pakaian, dan furnitur.

Permintaan industri juga lebih lemah. Kondisi itu mencerminkan dampak harga energi yang lebih tinggi bagi sektor bisnis. "Kenaikan harga yang tinggi terus menjadi beban ekonomi Jerman pada awal tahun," kata Badan Statistik Federal, Destatis, dalam sebuah pernyataan.

Awalnya, Badan Statistik memperkirakan pertumbuhan nol untuk kuartal pertama tahun ini sehingga Jerman akan menghindari resesi. Namun, angka yang direvisi menunjukkan pengeluaran rumah tangga 1,2 persen lebih rendah dari kuartal sebelumnya. Pengeluaran pemerintah 4,9 persen lebih rendah, dan penjualan mobil juga turun setelah insentif pemerintah untuk mobil listrik dan hibrida dikurangi.

Kata para analis, resesi tidak separah yang diperkirakan beberapa orang, mengingat Jerman sangat bergantung pada energi Rusia. Musim dingin yang ringan dan pembukaan kembali ekonomi China, membantu meringankan dampak harga energi yang lebih tinggi. Investasi dan ekspor sektor swasta meningkat, tetapi itu tidak cukup untuk membuat Jerman keluar dari "zona bahaya" resesi.

"Indikator awal menunjukkan bahwa keadaan akan terus melemah pada kuartal kedua 2023," kata analis Bank LBBW Jens-Oliver Niklasch.

Namun, bank sentral Jerman, Bundesbank, mengharapkan ekonomi tumbuh moderat pada April-Juni. Hal itu diproyeksi ditopang pemulihan industri mengimbangi belanja konsumen yang stagnan.

IMF telah memperkirakan bahwa ekonomi Jerman akan menyusut 0,1 persen tahun ini. Di sisi lain, IMF meningkatkan perkiraannya untuk Inggris dari minus 0,3 persen menjadi pertumbuhan 0,4 persen.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement