Rabu 24 May 2023 05:55 WIB

Dukung Produksi Air Baku, PUPR Selesaikan 36 Bendungan dalam Tujuh Tahun

Kementerian PUPR mengejar target pembangunan 61 bendungan hingga 2025.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ahmad Fikri Noor
Foto udara proyek pembangunan Bendungan Meninting di Desa Bukit Tinggi, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Kamis (11/5/2023).
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Foto udara proyek pembangunan Bendungan Meninting di Desa Bukit Tinggi, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Kamis (11/5/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melanjutkan penyelesaian target pembangunan 61 bendungan pada 2015-2025 di berbagai wilayah Indonesia. Hal itu untuk mendukung target ketahanan pangan dan ketahanan air nasional. Bendungan multifungsi yang dibangun bertujuan sebagai sumber air irigasi, air baku, potensial sebagai pembangkit listrik, pengendalian banjir, konservasi air, dan pariwisata.

Direktur Bendungan dan Danau, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian PUPR, Adenan Rasyid mengatakan, sebagai bagian dari target penyelesaian 61 bendungan, pada 2022 telah diselesaikan dan diresmikan tujuh bendungan, yakni Bendungan Semantok (Jatim), Ciawi (Jabar), Sukamahi (Jabar), Sadarwarna (Jabar), Beringin Sila (NTB), Kuwil Kawangkoan (Sulut), dan Tamblang (Bali).

Baca Juga

"Sehingga, total pembangunan bendungan dari 2015 sampai 2022 telah diselesaikan 36 bendungan. Selanjutnya, pada periode tahun 2023 – 2025 akan diselesaikan 25 bendungan," kata Adenan dalam keterangan resminya, Selasa (23/5/2023).

Dengan penyelesaian 36 bendungan tersebut, Adenan mengatakan, dapat mengairi sawah seluas 245.103 hektare atau empat kali luas wilayah Jakarta yang berpotensi meningkatkan produksi padi menjadi dua juta ton per tahun. Kemudian, menyediakan tambahan air baku sebesar 17,19 meter kubik per detik yang dapat memenuhi kebutuhan bagi 10 juta jiwa penduduk.

Adenan mengatakan, untuk mendukung peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan, pemerintah melakukan dua strategi utama yakni meningkatkan konversi padi ke beras dan meningkatkan indeks pertanaman.

"Dengan penyelesaian 61 bendungan sampai dengan tahun 2024, akan meningkatkan indeks pertanaman dari 143 persen menjadi 200 persen. Layanan air irigasi akan meningkat dari 231 bendungan eksisting sebesar 10,6 persen (761 ribu hektare) pada tahun 2015 menjadi 19,3 persen (1,4 juta hektare sawah irigasi) pada tahun 2024," kata Adenan.

Selain untuk ketahanan air dan pangan, Adenan menambahkan, dari 187 bendungan yang terbangun hingga tahun 2015, 23 bendungan diantaranya dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan total kapasitas 507.264 Megawatt (MW). Bendungan-bendungan tersebut antara lain Bendungan Batutegi 28 MW, Jatiluhur 150 MW, dan Bili-Bili 20,1 MW.

"Sedangkan untuk 61 bendungan yang dibangun dari 2015 sampai 2024, terdapat 43 bendungan memiliki potensi tenaga listrik dengan total kapasitas 258,16 MW, antara lain Bendungan Way Sekampung 5,40 MW, Jatigede 110 MW, dan Leuwikeris 20 MW," ujar Adenan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement