Kamis 11 May 2023 20:04 WIB

AP II Cetak Laba Rp 91,9 Miliar pada 2022, Lepas dari Jerat Pandemi

Pendapatan AP II tercatat Rp 8,41 triliun atau meningkat signifikan 54,55 persen.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Calon penumpang pesawat antre untuk check in di Terminal 3 Bandara Sekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (20/4/2023). PT Angkasa Pura II selaku pengelola 20 bandara di Indonesia, berhasil membukukan laba sepanjang tahun 2022.
Foto: Republika/Prayogi
Calon penumpang pesawat antre untuk check in di Terminal 3 Bandara Sekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (20/4/2023). PT Angkasa Pura II selaku pengelola 20 bandara di Indonesia, berhasil membukukan laba sepanjang tahun 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Angkasa Pura II selaku pengelola 20 bandara di Indonesia, berhasil membukukan laba sepanjang tahun 2022. Direktur Utama AP II, Muhammad Awaluddin, menuturkan, capaian tersebut menandakan perseroan telah lepas dari jerat pandemi Covid-19 yang berdampak besar bagi industri aviasi global.

Mengutip pernyataan resmi perseroan, Kamis (11/5/2023), sepanjang 2022 lalu total pendapatan AP II tercatat Rp 8,41 triliun atau meningkat signifikan 54,55 persen dibandingkan 2021 Rp 5,44 triliun. Tumbuhnya pendapatan ini mendorong kinerja positif, di mana sepanjang 2022 AP II berhasil mencetak laba usaha Rp 934,11 miliar dari sebelumnya negatif Rp 2,52 triliun.

Baca Juga

Pencapaian ini kemudian membawa AP II berhasil mencetak laba bersih Rp 91,90 miliar dari sebelumnya negatif Rp3,79 triliun. “Setelah di tengah pandemi pada 2020 dan 2021, AP II kini telah berhasil lepas dari hasil negatif dengan membukukan keuntungan pada 2022. Kami optimistis pada 2023 laba bersih akan kembali meningkat,” kata Awaludin.

Ia mengakui, pandemi Covid-19 merupakan tantangan paling berat sepanjang sejarah industri penerbangan dunia. Melebihi peristiwa sebelumnya seperti krisis minyak pada 1972-1973, perang Iran-Irak pada 1981-1982, krisis Timur Tengah pada 1991-1992, peristiwa 9/11, SARS pada 2003-2004 dan krisis keuangan pada 2008-2009.

Akibat pandemi, jumlah penumpang pesawat menukik tajam sejalan dengan adanya pembatasan perjalanan di seluruh dunia. Penumpang pesawat pada 2020 dan 2021 mengalami penurunan hingga hanya sekitar 40 persen dari realisasi pada 2019 saat belum ada pandemi.

Namun, kondisi industri penerbangan tahun 2022 berhasil lebih baik sejalan dengan membaiknya kondisi pandemi. Di mana, jumlah penumpang telah mencapai sekitar 70 persen dari 2019 lalu.

Ia menyampaikan, AP II mampu mengelola tumbuhnya permintaan penerbangan pada 2022. AP II turut bersinergi erat dengan seluruh pihak untuk memastikan periode pemulihan pada 2022 berjalan baik.

Namun, kendati jumlah penumpang pesawat mulai tumbuh, tetap diperlukan upaya lain guna mendorong kinerja keuangan perusahaan. Salah satu strategi mempercepat pemulihan bisnis yang dijalankan AP II adalah pemanfaatan aset melalui tiga program yakni Asset Optimization Program (brown field asset), Asset Acceleration Program (asset under construction) dan Asset Utilization Program (green field asset).

Strategi pemanfaatan aset dijalankan berhasil pada 2022, di mana pendapatan dari konsesi naik 28 persen dibandingkan 2021, lalu bisnis hotel naik 71 persen dan bisnis lounge meroket 224 persen.

Peningkatan pendapatan dari pemanfaatan aset ini berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan bisnis non-aeronautika.

Pada 2022, pendapatan bisnis non-aeronautika AP II tercatat Rp 4,26 triliun atau lebih besar dibandingkan dengan bisnis aeronautika sebanyak Rp4,14 triliun. Adapun, sumber pendapatan bisnis aeronautika sebesar 73 persen berasal dari jasa pelayanan penumpang pesawat.

“AP berhasil mengembangkan bisnis non-aeronautika sebagaimana operator-operator bandara kelas dunia lainnya sehingga tidak hanya bergantung pada jumlah penumpang pesawat. Ini membuat AP II dapat lebih tahan terhadap kondisi seperti pandemi yang berdampak pada penurunan lalu lintas penerbangan,” jelas Muhammad Awaluddin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement