Rabu 10 May 2023 16:07 WIB

PT Timah Sebut Persoalan Timah Masih Sama

Permintaan timah masih cukup tinggi mengingat tingginya penggunaan gawai.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Lida Puspaningtyas
MIND ID fokus menjadi strategic holding yang akan mengorkestrasi 6 (enam) perusahaan operating company, yakni PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum, PT Timah Tbk, dan PT Vale Tbk.
Foto: MIND ID
MIND ID fokus menjadi strategic holding yang akan mengorkestrasi 6 (enam) perusahaan operating company, yakni PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum, PT Timah Tbk, dan PT Vale Tbk.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Perusahaan (Sekper) PT Timah Tbk Abdullah Umar Baswedan mengatakan persoalan timah yang berdampak pada kinerja perusahaan relatif tidak mengalami perubahan yakni berkutat pada permasalahan hak produksi karena kondisi lingkungan ekosistemnya belum baik. PT Timah, lanjut Umar, terus mendorong ekosistem produksi timah yang lebih sehat agar dapat menurunkan biaya produksi yang berujung pada peningkatan produktivitas.

"Kalau manajemen targetnya bagaimana produksi naik secara optimal sesuai target dan kemudian biaya. Karena kalau produksi naik, itu kaitannya dengan pendapatan, tapi pendapatan ada faktor lain, ada harga logam, itu tidak bisa kita kontrol," ujar Umar saat media gathering di Jakarta, Rabu (10/5/2023).

Baca Juga

Umar menilai harga dan produksi yang baik akan memiliki implementasi signifikan bagi pendapatan perusahaan. Sebagai perusahaan tambang maupun perusahaan publik BUMN, Umar mengatakan pasti akan melakukan efisiensi dalam mengejar target pendapatan.

"Kondisi sekarang harga logam sebetulnya kalau dilihat ya relatif dibandingkan tahun lalu pasti turun sekali, tapi kondisi sekarang masih relatif tinggi dibanding harga rata-rata pada saat covid-19 atau sebelum covid-19," ucap Umar.

Umar menyebut permintaan timah masih cukup tinggi mengingat penggunaan gawai hingga kendaraan memerlukan mineral logam yang berasal dari timah. Umar mengatakan alternatif lain sebenarnya bisa menggunakan emas atau logam emas namun memiliki konsekuensi lebih mahal.

"Jadi makanya kenapa secara permintaan timah itu pasti masih dibutuhkan dan sampai saat ini kira-kira proyeksi ke depan belum ada yang bisa menggantikan. Tinggal kebutuhannya berapa, ini balik lagi ke kondisi ekonomi global. Kondisi membaik berarti kebutuhan produk elektronik meningkat makanya timahnya akan ikut," lanjut Umar.

Kendati begitu, sambung Umar, PT Timah tetap berupaya mencari sumber daya maupun cadangan agar bisa berkelanjutan. Perusahaan memprioritaskan sumber daya baru melalui eksplorasi.

"Kalau bicara konteks kinerja, kuartal I kan pendek, kalau jangka panjang kita lakukan, kalau jangka pendek fluktuatif. Kalau jangka panjang akan naik secara, artinya kalau pendek turun, kalau panjang itu tinggi," kata Umar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement