Selasa 09 May 2023 23:07 WIB

Kejar Potensi Pasar Dunia, Asmindo Gelar Pameran Furnitur

Asmindo akan menggelar pameran setelah vakum enam tahun.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ahmad Fikri Noor
Kementerian Koperasi dan UKM bersama Kementerian Perindustrian mendukung Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) untuk menggelar IFFINA Indonesia Meubel and Design Expo 2023 pada September mendatang di Jakarta, Selasa (9/5/2023).
Foto: Republika/Iit Septyaningsih
Kementerian Koperasi dan UKM bersama Kementerian Perindustrian mendukung Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) untuk menggelar IFFINA Indonesia Meubel and Design Expo 2023 pada September mendatang di Jakarta, Selasa (9/5/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) akan kembali menggelar Indonesia International Furniture and Craft Fair (IFFINA) Indonesia Mebel and Design Expo 2023 setelah vakum selama enam tahun terakhir. Pameran yang sudah diadakan sejak 2008 tersebut, dijadwalkan berlangsung pada 14-17 September di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Tangerang, Banten.

Ketua Umum Asmindo Dedy Rochimat menyatakan, pasar furnitur dan kerajinan dunia merupakan pasar potensial bagi Indonesia. Pada 2022, pasar itu mencatat pendapatan sebesar 695 miliar dolar AS, diprediksi meningkat menjadi 766 miliar dolar AS pada akhir 2023.

Baca Juga

Sementara, kata dia, jika dibandingkan dengan Indonesia, industri furnitur saat ini baru mencatat pendapatan sebesar 2,8 miliar dolar AS pada 2022. "Secara ranking global, menempatkan Indonesia di urutan ke-17 dan keempat di regional Asia, di bawah China, Vietnam, dan Malaysia," ujar Dedy dalam Launching Nasional IFFINA 2023 di Gedung Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Selasa (9/5/2023).

Padahal, lanjutnya, industri furnitur dan kerajinan memiliki banyak manfaat. Selain memenuhi kebutuhan dalam negeri, industri ini pun menjadi penghasil devisa yang kuat serta mempunyai nilai tambah tinggi, karena rantai nilai yang panjang dan keunggulan sumber daya alam.

"Kita memiliki hutan produksi seluas 68 juta hektare. Kita produsen 85 persen rotan dunia dan nomor tiga produsen bambu terbesar setelah China dan India," tuturnya.

Industri furnitur atau mebel, sambung dia, juga menyerap tenaga kerja cukup besar hingga 500 ribu per 2021. Itu karena industri ini termasuk dalam padat karya.

Industri tersebut turut menciptakan efek luas atau multiplier effect bagi industri lainnya. Sekaligus berkontribusi menggerakkan sektor industri lain lewat berbagai produk bahan baku dan bahan pendukung yang dibutuhkan dalam menghasilkan produk mebel.

"Setelah pandemi berakhir dan perdagangan lintas negara sudah mulai lancar kembali, maka sudah saatnya bagi kita mendorong produksi mebel dan kerajinan. Baik untuk pasar ekspor maupun kebutuhan pasar dalam negeri," jelas Dedy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement