REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut International Energy Agency (IEA), penjualan mobil listrik di seluruh dunia diperkirakan akan melonjak 35 persen lagi pada 2023 mencapai 14 juta unit. Pangsa pasar mobil listrik secara keseluruhan telah meningkat dari sekitar empat persen pada 2020 menjadi 14 persen pada 2022 dan akan meningkat lebih lanjut menjadi 18 persen pada tahun ini.
"Penjualan kendaraan listrik akan mencatat rekor lainnya tahun ini, memperluas pangsa pasar mobil secara keseluruhan mendekati seperlima dan memimpin transformasi besar industri otomotif yang berimplikasi pada sektor energi, terutama minyak," kata IEA dalam Global Electric Vehicle Outlook tahunannya, dilasir Zawya, Rabu (26/4/2023).
Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol menyampaikan, kendaraan listrik adalah salah satu kekuatan pendorong dalam ekonomi energi global baru yang muncul dengan cepat dan membawa transformasi bersejarah industri manufaktur mobil di seluruh dunia. Tren yang publik saksikan memiliki implikasi signifikan terhadap permintaan minyak global. Mesin pembakaran internal tidak tertandingi selama lebih dari satu abad, tetapi kendaraan listrik mengubah status quo.
"Pada 2030, mereka akan menghindari kebutuhan minyak setidaknya lima juta barel per hari. Mobil hanyalah gelombang pertama, bus dan truk listrik akan segera menyusul," ujar Birol.
Mayoritas penjualan mobil listrik hingga saat ini terutama terkonsentrasi di tiga pasar yakni China, Eropa, dan AS. Menurut laporan IEA, China adalah yang terdepan, dengan 60 persen penjualan mobil listrik global terjadi di sana pada 2022. "Saat ini, lebih dari separuh mobil listrik yang beredar di jalan raya di seluruh dunia berada di China. Eropa dan Amerika Serikat, pasar terbesar kedua dan ketiga, keduanya melihat pertumbuhan yang kuat dengan penjualan masing-masing meningkat 15 persen dan 55 persen pada 2022," catat laporan itu.
Pada 2030, pangsa rata-rata mobil listrik dalam total penjualan di seluruh China, UE, dan Amerika Serikat akan meningkat menjadi sekitar 60 persen. China juga mendominasi perdagangan baterai dan komponen. Program kebijakan yang ambisius di negara-negara ekonomi besar, seperti paket Fit for 55 di Uni Eropa dan Undang-Undang Pengurangan Inflasi di Amerika Serikat, diperkirakan akan semakin meningkatkan pangsa pasar kendaraan listrik dekade ini dan seterusnya.
Penjualan mobil listrik lebih dari tiga kali lipat di India dan Indonesia tahun lalu, dan lebih dari dua kali lipat di Thailand. Pangsa mobil listrik dalam total penjualan naik menjadi tiga persen di Thailand, serta menjadi 1,5 persen di India dan Indonesia, kata laporan itu.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) adalah pengadopsi awal EV di wilayah Timur Tengah. Menurut Mordor Intelligence, pasar kendaraan listrik Timur Tengah dan Afrika diperkirakan akan mencapai 93,10 juta dolar AS, mencatat pertumbuhan majemuk rata-rata (CAGR) lebih dari 15 persen selama periode perkiraan.
Meningkatnya fokus pada adopsi EV di negara-negara GCC didorong oleh komitmen nasional untuk mempercepat transisi dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan, untuk mencapai target net-zero di tahun-tahun mendatang. Organisasi Standar Arab Saudi (SASO) berencana mengeluarkan peraturan untuk penggunaan kendaraan listrik. Arab Saudi memiliki merek EV buatan sendiri, Ceer Motors dan merupakan pemilik mayoritas Lucid Group melalui dana kekayaan kedaulatannya, PIF. Sementara Otoritas Transportasi Jalan UEA (RTA) telah mengeluarkan pesan nasihat dan bekerja untuk mengembangkan stasiun pengisian daya di Emirat.