Kamis 13 Apr 2023 13:01 WIB

Kimia Farma Gandeng Sinopharm Tingkatkan Potensi Bisnis

Saat ini Kimia Farma telah memproduksi 14 bahan baku obat.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Logo Kimia Farma. Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor farmasi PT Kimia Farma Tbk menjalin kerja sama dengan Sinopharm Internasional untuk mengembangkan potensi industri kesehatan.
Logo Kimia Farma. Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor farmasi PT Kimia Farma Tbk menjalin kerja sama dengan Sinopharm Internasional untuk mengembangkan potensi industri kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kimia Farma Tbk (KAEF) kembali menjalin kerja sama dengan Sinopharm Internasional untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi bisnis. Kimia Farma dan Sinopharm sepakat untuk menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) terkait kerja sama pengembangan Bahan Baku Obat (BBO), Traditional Chinese Medicine (TCM), dan Project Platform TB.

Nota Kesepahaman tersebut ditandatangani oleh Direktur Utama Kimia Farma David Utama, dan President Sinopharm International Zhou Song, serta disaksikan oleh Direktur Utama Bio Farma Group Honesti Basyir dan Chairman of Sinopharm Liu Jingzhen pada 17 Maret 2023.

Baca Juga

Kesepakatan ini merupakan kelanjutan dari kolaborasi antara Kimia Farma dengan Sinopharm yang telah terjalin baik sewaktu penanganan Covid-19. "Kimia Farma mendukung ketahanan kesehatan nasional, salah satunya dengan penguatan dan percepatan Bahan Baku Obat (BBO). Saat ini Kimia Farma telah memproduksi 14 BBO dan kita akan terus tingkatkan," ujar David melalui siaran pers, Kamis (13/4/2023).

Lebih lanjut David menyampaikan, kesepakatan ini juga merupakan bentuk hubungan bilateral kedua negara untuk meningkatkan dan mendorong transformasi industri kesehatan. KAEF akan menindalanjuti Nota Kesepahaman ini untuk mendukung program Pemerintah di bidang kesehatan dan meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia.

Sebagai informasi, Sinopharm adalah salah satu dari tiga besar raksasa farmasi di Asia Pasifik. Pada 2021, Sinopharm membukukan pendapatan 453,82 miliar yuan atau setara 70,2 miliar dolar AS. Sementara Kimia Farma mengantongi penjualan sebesar Rp 9,60 triliun, turun 25,28 persen dibandingkan dengan 2021 sebesar Rp12,85 triliun.

Penjualan di dalam negeri tercatat turun 25,15 persen year on year (yoy) menjadi Rp 9,47 triliun. Sedangkan penjualan ekspor turun 33,46 persen yoy dari Rp 200,35 miliar menjadi Rp 133,30 miliar.

Meski demikian, sepanjang tahun 2022, KAEF telah menurunkan beban usaha sebesar 5,41 persen atau Rp 189 miliar dibandingkan tahun 2021. Efisiensi beban usaha dilakukan dari sisi efisiensi beban operasional, yaitu optimalisasi biaya distribusi untuk seluruh produk.

Di samping itu, KAEF mengupayakan penurunan beban keuangan sebesar 14,21 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini ditopang dengan dukungan perbankan melalui penurunan suku bunga dan kredit investasi serta refinancing.

KAEF juga membukukan cashflow positif di tahun 2022. Pada akhir Desember 2022, tercatat nilai kas dan setara kas naik menjadi Rp 2,15 triliun dari tahun 2021 senilai Rp 748 miliar berkat diperolehnya dana dari aksi korporasi unlock value anak usaha yang dimiliki KAEF, yaitu PT Kimia Farma Apotek (KFA).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement