REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Center of Reform on Economics (Core) Indonesia menilai, wacana ASEAN untuk mengurangi penggunaan dolar AS dapat mengurangi risiko volatilitas. Hal ini mengingat mata uang dolar AS merupakan salah satu mata uang yang paling banyak digunakan perdagangan global.
Ekonom Core Indonesia Yusuf Rendy mengatakan, wacana ini perlu dilakukan oleh Indonesia dan beberapa negara lain. Sehingga, dalam melakukan transaksi perdagangan internasional dapat meninggalkan ketergantungan terhadap mata uang dolar AS.
“Saya pikir ini merupakan inisiasi positif. Inisiasi ini membuka lebar perdagangan internasional antarsesama negara ASEAN, dilakukan melalui masing-masing mata uang negara tersebut, sehingga risiko volatilitas yang disinggung di atas (dolar AS) ketika menggunakan mata uang dolar AS bisa diminimalisasi serendah mungkin,” ujarnya ketika dihubungi Republika, Kamis (6/4/2023).
Dari sisi lain, mata uang dolar AS juga menjadi salah satu mata uang yang tingkat volatilitasnya relatif paling tinggi jika dibandingkan mata uang negara-negara lain.
“Hal ini karena ketika ada sentimen atau isu tertentu yang memengaruhi perekonomian global maupun perekonomian domestik di Amerika Serikat, kemudian akan memengaruhi pergerakan dari nilai tukar mata uang dolar AS. Sehingga, negara yang kemudian menggunakan mata uang ini sebagai salah satu alat pembayaran akan dihadapkan pada kondisi yang tidak menguntungkan,” ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan, langkah ini upaya menjaga stabilitas keuangan di kawasan.
"Upaya penguatan stabilitas keuangan kawasan termasuk melalui penggunaan mata uang negara ASEAN dalam transaksi perdagangan dan konektivitas mekanisme pembayaran di kawasan ASEAN," ujar Retno dalam Press Briefing Triwulan Pertama Keketuaan ASEAN 2023, Rabu (5/4/2023).
Komitmen ini berkaitan dengan tema keketuaan Indonesia, ASEAN matters: Epicentrum of Growth. Masalah mata uang ASEAN merupakan salah satu prioritas yang sedang dibahas dalam tiga bulan terakhir.
"Dalam pertemuan menkeu dan gubernur bank sentral ASEAN, disepakati komitmen negara ASEAN untuk menggunakan mata uang lokal dan perluasan konektivitas mekanisme pembayaran guna memperkuat stabilitas keuangan di kawasan," kata Retno.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, Indonesia akan membentuk gugus tugas untuk merumuskan proses transisi penggunaan mata uang lokal ASEAN. Upaya tersebut masuk dalam transaksi keuangan sebagai realisasi kerangka kerja sama penyelesaian mata uang lokal ASEAN.
“Dengan penggunaan mata uang lokal dalam transaksi lintas kawasan, kita akan dapat memperkuat ketahanan kita dalam mendukung perdagangan dan investasi lintas batas kawasan yang saat ini masih mengandalkan mata uang utama internasional,” kata Perry.