Jumat 17 Mar 2023 21:18 WIB

Rupiah Menguat di Tengah Naiknya Imbas Hasil Obligasi AS

Rupiah pada Jumat (17/3/2023) ditutup naik 44 poin atau 0,29 persen.

Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan ini meningkat di tengah naiknya imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS).
Foto: Prayogi/Republika.
Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan ini meningkat di tengah naiknya imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan ini meningkat di tengah naiknya imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS). Rupiah pada Jumat (17/3/2023) ditutup naik 44 poin atau 0,29 persen ke posisi Rp 15.345 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 15.389 per dolar AS.

"Kenaikan pada imbal hasil obligasi AS akan menahan penguatan rupiah lebih lanjut," kata analis DCFX Futures Lukman Leong.

Baca Juga

 

Lukman mengatakan, imbal hasil obligasi AS tenor dua tahun di 4,218 persen dan tenor 10 tahun di 3,581 persen. Ia memperkirakan rupiah berpotensi rebound terbatas. Sentimen pasar berbalik positif setelah ada harapan apabila bank-bank global yang bermasalah akan mendapatkan dukungan.

Pemerintah AS akan menjamin nasabah Silicon Valley Bank (SVB), sedangkan Credit Suisse Bank di Swiss mendapatkan likuiditas dari bank sentral Swiss atau Swiss National Bank (SNB).

Swiss National Bank berjanji pada Rabu (15/3/2023) untuk mendanai Credit Suisse dengan likuiditas jika diperlukan. Ini yang pertama bagi bank global sejak krisis keuangan lebih dari satu dekade lalu.

Credit Suisse mengatakan pada Kamis (15/3/2023) akan meminjam hingga 54 miliar dolar AS dari bank sentral Swiss untuk menopang likuiditas dan kepercayaan investor setelah kemerosotan sahamnya meningkatkan kekhawatiran tentang krisis keuangan global. Otoritas moneter AS meluncurkan langkah-langkah darurat pada Ahad (12/3/2023) untuk menopang kepercayaan pada sistem perbankan setelah kegagalan Silicon Valley Bank (SVB) mengancam akan memicu krisis keuangan yang lebih luas.

Regulator mengatakan nasabah bank yang gagal akan memiliki akses ke semua simpanan mereka mulai Senin dan menyiapkan fasilitas baru untuk memberi bank akses ke dana darurat. Bank Sentral AS atau Federal Reserve juga mempermudah bank untuk meminjam darinya dalam keadaan darurat.

Sementara itu langkah-langkah memberikan beberapa bantuan untuk perusahaan Silicon Valley Bank dan pasar global pada Senin, kekhawatiran tentang risiko perbankan yang lebih luas tetap ada dan menimbulkan keraguan apakah Fed akan tetap dengan rencananya untuk kenaikan suku bunga yang agresif.

Rupiah pada pagi hari dibuka menurun ke posisi Rp 15.391 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp 15.345 per dolar AS hingga Rp 15.391 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat menguat ke posisi Rp 15.364 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp 15.418 per dolar AS.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement