REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dolar jatuh dan euro naik di akhir perdagangan Kamis (Jumat 17/3/2023 pagi WIB) setelah Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga meskipun terjadi kekacauan pasar dalam beberapa hari terakhir. Hal itu sebagai tanda bahwa Federal Reserve juga kemungkinan akan menaikkan suku bunga pekan depan karena keduanya berupaya menjinakkan inflasi.
Kedua mata uang terjebak dalam kisaran sempit sebelum ECB mengumumkan kenaikan suku bunga setengah poin persentase seperti yang dijanjikan. Berdasarkan Fed Watch Tool CME, pasar menilai kemungkinan 80,5 persen bahwa Fed akan menaikkan suku bunga seperempat poin pada 22 Maret.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS dan zona euro naik karena pasar saham di kedua sisi Atlantik menguat setelah reaksi perdagangan awal yang bergejolak oleh pasar terhadap keputusan ECB.
"Pasar melihat ECB sebagai bank sentral yang menghadapi ketidakpastian pasar dan mengambil keputusan hawkish yang telah diisyaratkan dalam panduan sebelumnya, didorong oleh mandat inflasi dan mengatakan 'The Fed mungkin dapat mengikuti pola yang sama'," kata Brian Daingerfield, Kepala Strategi Valas G-10 di NatWest Markets.
ECB telah menaikkan suku bunga pada laju tercepat yang pernah tercatat dan The Fed pada laju tercepat dalam empat dekade untuk mengekang inflasi. Suku bunga utang pemerintah AS yang lebih tinggi daripada negara-negara lain telah membentengi dolar, demikian juga ekonomi yang relatif kuat.