REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mencatat perusahaan Vietnam telah menginvestasikan 59 juta dolar AS dalam 17 proyek di Indonesia dalam industri perdagangan, teknologi informasi, dan pertanian. Vietnam pun menempati peringkat ke-11 di antara mitra dagang utama Indonesia, dengan volume perdagangan sebesar 14 miliar dolar AS pada 2022.
Ketua Umum Kadin Indonesia Arsjad Rasjid mengatakan perusahaan Indonesia telah berinvestasi di Vietnam, dengan 106 proyek investasi valid senilai 638,9 juta dolar AS. Selain itu, lebih dari 40 perusahaan Indonesia beroperasi di Vietnam, memproduksi barang dan jasa baik untuk pasar maupun ekspor Vietnam.
Menurutnya kedua negara ini telah menjalin kemitraan berbagai sektor seperti pembangunan pedesaan, pemanfaatan batu bara dan gas, serta kerja sama hukum. Pada Desember 2022, Indonesia dan Vietnam mengumumkan penetapan batas zona ekonomi eksklusif berdasarkan Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982, dengan saling menghormati hak ekonomi masing-masing.
Melihat perjalanan kerja sama dengan Vietnam, Kadin Indonesia bersama ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) melanjutkan roadshow ke Vietnam pada 12-14 Maret 2023. Roadshow kali ini bertujuan untuk mempromosikan integrasi dan kerja sama ekonomi kawasan untuk memajukan ASEAN Centrality.
Arsjad Rasjid mengatakan misi roadshow ke Vietnam terkait keketuaan ASEAN-BAC bertujuan mendorong bisnis dan pemerintah di Vietnam turut berpartisipasi dalam lima prioritas dan delapan legacy projects, yang meliputi kerja sama perdagangan regional, pembangunan berkelanjutan, transformasi digital, ketahanan pangan, ketahanan kesehatan, dan yang terbaru ASEAN Business Entity.
“Beberapa hal yang masuk dalam ruang lingkup legacy terbaru ini untuk membangun dan meningkatkan investasi intra-ASEAN yang lebih kuat melalui pemberian insentif terhadap perusahaan yang beroperasi di kawasan ASEAN, sehingga menciptakan ekosistem usaha yang terintegrasi antar negara-negara ASEAN,” ujarnya dalam keterangan tulis, Kamis (16/3/2023).
Menurutnya Indonesia dan Vietnam memiliki peran penting dalam memperluas posisi ASEAN sebagai pemegang kunci ekonomi global, mengingat produk domestik bruto gabungannya melebihi 60 persen dari total produk domestik bruto kawasan.
“Keberhasilan Vietnam dalam pembangunan ekonomi Asia Tenggara dapat dikaitkan dengan lingkungannya yang ramah bisnis, posisi negara yang strategis, perluasan pasar domestik, dan tingkat pertumbuhan produk domestik bruto tahunan rata-rata yang mengesankan lebih dari enam persen sejak 1986,” ucapnya.
Partisipasi proaktif Vietnam dalam prakarsa ekonomi ASEAN, seperti sebagai Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), menyoroti komitmen negara untuk memperkuat integrasi dan kerja sama ekonomi di kawasan. Menurut Arsyad, kedua negara memainkan peran penting di kawasan ASEAN, kemitraan berkelanjutan Indonesia dan Vietnam dalam konektivitas ekonomi memainkan peran yang sangat penting untuk memperluas posisi kawasan ini sebagai pemain ekonomi global utama.
“Dengan letaknya yang strategis di peta Indo-Pasifik, ASEAN berpotensi menjadi 'magnet' pertumbuhan global selanjutnya," ucapnya.
Sementara itu Ketua Alternatif ASEAN-BAC, Bernardino Vega menambahkan Indonesia dan Vietnam telah sering melakukan pertukaran delegasi dan telah menandatangani sejumlah kesepakatan dan perjanjian kerja sama, termasuk deklarasi visi bersama kerja sama pertahanan periode 2017-2022.
"Kami percaya bahwa terdapat beberapa peluang ekonomi potensial yang dapat dijajaki antara kedua negara, yang juga dapat berkontribusi dalam penguatan kawasan ASEAN," ucapnya.