Selasa 07 Mar 2023 21:44 WIB

Mentan: Dinamika Harga Jelang Ramadhan Biasa Terjadi

Mentan menyebut dinamika harga pangan jelang Ramadhan adalah hal biasa.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. SYL menyebut dinamika harga pangan jelang Ramadhan sebagai hal biasa.
Foto: Republika
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. SYL menyebut dinamika harga pangan jelang Ramadhan sebagai hal biasa.

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR - Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyebut dinamika harga pangan jelang Ramadhan sebagai hal biasa.

"Jelang puasa Ramadhan ada dinamika harga itu biasa. Tapi kami dari Kementan, kementerian terkait lainnya, dan pemerintah daerah, tetap berupaya menjaga agar harga tetap stabil," ujar Mentan Syahrul Yasin Limpo di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (7/3/2023).

Baca Juga

Syahrul saat membuka Rapat Koordinasi Bidang Pengawasan Pangan mengatakan tugas utama Kementerian Pertanian (Kementan) adalah menjaga ketersediaan pangan. Sementara untuk pergerakan harga, pihaknya tetap memantau sambil berkoordinasi dengan pemerintah daerah (pemda) dalam melakukan upaya-upaya pengendalian harga. Ia mengatakan, ketersediaan pangan saat ini masih relatif cukup hingga April 2023.

"Di beberapa wilayah di Indonesia sekarang adalah musim panen padi dan ketersediaan pangan, khususnya beras itu mencukupi Maret dan April 2023 ini," kata Syahrul.

Ia menyebutkan, ketersediaan pangan tercukupi hingga April 2023 itu juga berdasarkan pendataan dari Badan Pusat Statistik (BPS), data satelit, dan data laporan dari para kepala daerah di Indonesia, bahkan para Petugas Penyuluh Lapangan (PPL).

"Kita tetap berdasarkan data, dan neraca kita menunjukkan itu tercukupi. Kita di Kementan menggunakan data valid dan itu banyak, data statistik BPS, data satelit, data laporan para bupati, dan bahkan PPL," ujar Syahrul.

Sementara itu, Irjen Kementan Jan Samuel Maringka menyampaikan banyak negara di dunia setelah pandemi Covid-19 dihadapkan pada potensi resesi dan krisis global, khususnya dalam bidang pertanian. Namun, untuk di Indonesia, kata dia, kondisi pertanian baik sebelum pandemi, bahkan setelah pandemi, produktivitas pertanian menunjukkan hal positif.

Dia membandingkan, data produksi hasil pertanian berdasarkan pendataan BPS pada 2021 bahwa produksi padi mencapai 54,42 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) dan meningkat menjadi 55,67 juta GKG pada 2022.

"Produksi padi kita cukup baik dan alami peningkatan produksi. Ini harus kita jaga dan kawal baik-baik. 55,6 juta produksi padi untuk 250 juta penduduk itu lebih dari cukup," ucapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement