Sabtu 04 Mar 2023 23:23 WIB

BI Bali Wanti-Wanti Inflasi Jelang Nyepi dan Ramadhan

Inflasi pada Februari 2023 disebabkan oleh kenaikan harga bahan pangan dan energi.

Layar memampilkan logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Kamis (17/6/2021) (ilustrasi). Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali mengajak pemerintah kabupaten/kota dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di provinsi setempat untuk mewaspadai tekanan inflasi jelang bulan Ramadhan dan Hari Suci Nyepi pada Maret 2023.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Layar memampilkan logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Kamis (17/6/2021) (ilustrasi). Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali mengajak pemerintah kabupaten/kota dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di provinsi setempat untuk mewaspadai tekanan inflasi jelang bulan Ramadhan dan Hari Suci Nyepi pada Maret 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali mengajak pemerintah kabupaten/kota dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di provinsi setempat untuk mewaspadai tekanan inflasi jelang bulan Ramadhan dan Hari Suci Nyepi pada Maret 2023.

"Beberapa risiko yang perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan kenaikan inflasi antara lain kenaikan permintaan bahan makanan dan makanan jadi menjelang Ramadhan dan Hari Nyepi," kata Kepala KPwBI Provinsi Bali Trisno Nugroho di Denpasar, Sabtu (4/3/2023).

Baca Juga

Selain itu kenaikan harga BBM non-subsidi (Pertamax, Pertamax Plus) per 1 Maret 2023 yang berpotensi menyebabkan dampak langsung dan lanjutan terhadap inflasi, serta curah hujan yang masih tinggi dapat menyebabkan penurunan produksi hortikultura. "Sebaliknya, peningkatan pasokan beras oleh Bulog dan mulainya musim panen padi pada Maret 2023 diprakirakan menurunkan tekanan kenaikan harga beras," ujarnya.

Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, inflasi gabungan dua kota di Provinsi Bali (Denpasar dan Singaraja) pada Februari 2023 sebesar 0,07 persen (mtm), menurun dibandingkan bulan sebelumnya (0,66 persen mtm) dan lebih rendah dari inflasi Nasional (0,16 perse, mtm).

Penurunan inflasi Februari 2023 tidak terlepas dari pengaruh positif respons kebijakan moneter Bank Indonesia dan sinergi pengendalian inflasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID).

Namun demikian, inflasi secara tahunan masih cukup tinggi sebesar 6,35 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya 5,81 persen (yoy) akibat pengaruh base effect periode yang sama tahun sebelumnya.

Trisno menambahkan, berdasarkan komoditasnya, terjadinya inflasi pada Februari 2023 disebabkan oleh kenaikan harga pada komoditas beras, bahan bakar rumah tangga (gas LPG), bawang merah, dan cabai merah.

Kenaikan harga beras karena terbatasnya pasokan gabah dan belum masuknya masa panen padi, sedangkan kenaikan harga gas LPG disebabkan oleh pembatasan pembelian gas LPG 3 kg dan penyesuaian Harga Eceran Tertinggi (HET).

Adapun kenaikan harga bawang merah dan cabai merah akibat penurunan produksi seiring dengan tingginya curah hujan pada Februari 2023.

"TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota di Bali agar terus aktif melakukan pengendalian inflasi melalui kerangka 4K.

Beberapa upaya yang telah dilakukan antara lain melalui kegiatan operasi pasar untuk komoditas pangan strategis, peningkatan kerja sama antara Bulog dan Perumda, serta pemberian subsidi ongkos angkut untuk menekan kenaikan harga komoditas pangan.

Selain itu, kata Trisno, TPID juga mendorong peningkatan kualitas data komoditas yang keluar masuk Bali, peningkatan Kerja sama Antar Daerah (KAD) dalam Provinsi Bali dan dengan wilayah di luar Provinsi Bali.

"Kemudian peningkatan komunikasi kepada masyarakat melalui berbagai media mengenai perkembangan harga dan ketersediaan pasokan pangan di Bali," ucapnya.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement