REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Hillcon Tbk (HILL) mengalokasikan anggaran untuk belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 800 miliar di 2023. Sebagian besar kebutuhan capex tersebut akan dipenuhi dari dana hasil Initial Public Offering (IPO) sebesar Rp 552,86 miliar.
"Selain dana IPO, kami juga dibantu institusi keuangan. Nantinya capex akan digunakan untuk membeli alat berat," kata Direktur Keuangan HILL, Jaya Angdika, saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (1/3/2023).
Jaya optimistis kinerja keuangan Perseroan akan cemerlang di pengujung 2022. Perseroan memperkirakan pendapatan dan laba bersih sepanjang tahun lalu akan bisa tumbuh lebih dari dua kali lipat dari periode yang sama di 2021.
Dari sisi top line, Perseroan menargetkan pendapatan tumbuh menjadi hampir Rp 6 triliun dari tahun 2021 yang sebesar Rp 2,17 triliun. Sedangkan dari sisi bottom line, laba bersih ditargetkan meningkat hingga Rp 800 miliar dari Rp 205,11 miliar.
"Kinerja ini didukung kontrak yang sedang berjalan, kontrak baru dan ada juga proyek dari infrastruktur," kata Jaya.
Menurut Jaya, pendapatan dari sektor tambang masih akan didominasi oleh batu bara. Kontribusinya disebut mencapai sekitar 55 persen. Meski demikian, HILL juga akan menggenjot pertumbuhan pendapatan dari nikel.
Pada 2022, HILL berhasil memproduksi sebanyak 9 juta metrik ton dan angka tersebut diproyeksikan meningkat menjadi 15 juta metrik ton pada 2023. Jaya meyakini, produksi nikel akan terus meningkat seiring naiknya permintaan.
Jaya melihat, tingginya permintaan nikel akan mendapat dukungan dari program hilirisasi yang dicanangkan pemerintah. Peningkatan produksi diharapkan juga berdampak pada meningkatnya kontribusi pendapatan dari komoditas nikel.
"Kami harapkan kontribusi antara batu bara dan nikel terhadap pendapatan bisa sampai 50:50," jelas Jaya.