REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Mega Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp 4,05 triliun pada 2022 atau naik 1,11 persen dibanding tahun lalu (yoy). Perolehan laba bersih Bank Mega dikontribusikan melalui kenaikan pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) sebesar 21,24 persen (yoy) menjadi Rp 5,87 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 4,84 triliun.
"Dengan perolehan ini, laba bersih Bank Mega menjadi yang ketujuh terbesar di antara perbankan Indonesia," kata Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib dalam acara Public Expose Bank Mega di Jakarta, Jumat (24/2/2023).
Ia melanjutkan, total aset Bank Mega pada tahun lalu pun naik menjadi Rp141,75 triliun atau tumbuh sebesar 6,68 persen (yoy) dari Rp 132,88 triliun. Dalam penyaluran kredit, Bank Mega mencatatkan pertumbuhan sebesar 15,84 persen (yoy) menjadi sebesar Rp 70,29 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 60,68 triliun.
Di sisi penghimpunan dana, pada akhir 2022 Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mega tumbuh sebesar 4,09 persen (yoy) menjadi Rp 102,95 triliun, dari posisi yang sama periode sebelumnya sebesar Rp 98,91 triliun. Kostaman mengungkapkan beberapa rasio perbankan Bank Mega pun membaik.
Seperti tingkat pengembalian aset (Return on Assets/ROA) yang tercatat sebesar 4 persen, tingkat pengembalian ekuitas (Return on Equity/ROE) sebesar 23,15 persen, dan rasio kredit terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) sebesar 68,04 persen.
Kemudian, rasio kredit macet (Non Performing Loan/NPL) bruto sebesar 1,23 persen, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) sebesar 25,41 persen, margin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) sebesar 5,42 persen, serta rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) sebesar 56,76 persen.
Ia mengatakan situasi perekonomian pada 2022 masih diwarnai dengan situasi yang cukup menantang, namun Bank mega berhasil melewatinya dengan mencatatkan kinerja yang baik.
"Saya optimis, di tahun 2023 ini,kinerja Bank Mega akan terus meningkat dengan dukungan seluruh pemangku kepentingan," katanya.