Jumat 17 Feb 2023 16:12 WIB

Pembiayaan Bank Mega Syariah ke Wholesale Capai 40 Persen

Bank Mega, Mega Syariah, dan AlloBank dorong sindikasi pembiayaan infrastruktur.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Lida Puspaningtyas
Bank Mega Syariah membuka Kantor Cabang Pembantu (KCP) di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Jumat (17/2/2023).
Foto: Republika/Iit Septyaningsih
Bank Mega Syariah membuka Kantor Cabang Pembantu (KCP) di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Jumat (17/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Mega Syariah akan tetap menyalurkan pembiayaan ke segmen wholesale pada tahun ini. Porsi yang disiapkan sekitar 30 sampai 40 persen dari total penyaluran pembiayaan perusahaan.

"Ke depan kita tetap optimis dengan wholesale, walau ada kewaspadaan di situ, namun kita tetap masuk ke industri-industri yang kita lihat cukup sustain," ujar Direktur Utama Bank Mega Syariah Yuwono Waluyo saat ditemui di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (17/2/2023).

Baca Juga

Menurutnya, selama pandemi Covid-19 perusahaan mendapat banyak pelajaran guna memilih industri mana yang sudah lebih berkelanjutan dan mendukung perbankan syariah.

Ia menyebutkan, sektor yang sustain atau berkelanjutan misalnya pendidikan dan kesehatan. Maka Mega Syariah akan terus menyalurkan pembiayaan ke sana.

Selain wholesale, lanjutnya, perusahaan pun menyalurkan pembiayaan ke korporasi atau proyek infrastruktur. Porsi pembiayaannya sekitar 30 persen dari total pembiayaan Mega Syariah.

"Jadi di CT Corp kan ada tiga bank, yaitu Bank Mega, Mega Syariah, dan Allo Bank. Ketiga bank itu bersama-sama kalau lihat ada opportunity bagus di infrastruktur kita masuk lewat sindikasi atau club bill bersama dua bank CT Corp lainnya," jelas Yuwono.

Dirinya mengungkapkan, total pembiayaan yang disalurkan ketiga bank tersebut untuk proyek infrastruktur bisa mencapai Rp 11 triliun. "Kalau club bill dari Bank Mega, Mega Syariah, dan Allo Bank, jadi sesuai modalnya," jelas dia.

Mega Syariah, lanjutnya, tetap pula menyalurkan pembiayaan konsumer seperti pembiayaan rumah atau KPR syariah serta pembiayaan tanpa agunan atau KTA syariah. Hanya saja khusus KTA, kata Yuwono, tidak dijual kepada nasabah umum, melainkan hanya ke grup atau komunitas tertentu.

"Jadi pembiayaan konsumer kita paling banyak ke KPR. Hampir 80 persen (porsinya) dari total penyaluran pembiayaan konsumer, sehingga cukup tinggi dibandingkan KTA," tuturnya.

Tahun ini, kata Yuwono, perusahaan menargetkan pertumbuhan pembiayaan sebesar 12 persen atau Rp 9 triliun pada 2023. Sebelumnya pada 2022 sekitar Rp 7,8 triliun.

"Jadi kami dorong masuk hampir ke semua segmen, untuk sektor riil-nya ada wholesale atau bisnis banking, lalu korporasi, dan masuk ke konsumer. Tiga hal itu yang kita fokuskan," tegas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement