Ahad 12 Feb 2023 18:40 WIB

IMF Perkirakan Gempa Turki Bisa Pacu Pertumbuhan Ekonomi

IMF memperkirakan dampak gempa Turki terhadap PDB tidak separah gempa 1999.

 Seorang penyintas berjalan di sekitar kerusakan bangunan yang runtuh di ibu kota Antakya, Provinsi Hatay, provinsi paling selatan Turki setelah gempa kuat, Sabtu (11/2/2023). Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan dampak dari gempa bumi di Turki pada pekan lalu terhadap PDB tidak akan separah peristiwa serupa pada 1999.
Foto: EPA-EFE/JOAO RELVAS
Seorang penyintas berjalan di sekitar kerusakan bangunan yang runtuh di ibu kota Antakya, Provinsi Hatay, provinsi paling selatan Turki setelah gempa kuat, Sabtu (11/2/2023). Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan dampak dari gempa bumi di Turki pada pekan lalu terhadap PDB tidak akan separah peristiwa serupa pada 1999.

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan, dampak dari gempa bumi di Turki pada pekan lalu terhadap PDB tidak akan separah peristiwa serupa pada 1999. Direktur Eksekutif IMF Mahmoud Mohieldin mengatakan hal tersebut di sela-sela Arab Fiscal Forum pada Ahad (12/2/2023) dikutip dari Reuters

Mohieldin menyampaikan, dalam beberapa bulan ke depan justru akan terjadi dorong pertumbuhan PDB. Hal itu karena akan muncul investasi, baik dari pemerintah maupun swasta dalam proses untuk pembangunan kembali.

Baca Juga

IMF juga mengingatkan, utang negara di kawasan Timur Tengah bisa menjadi perhatian penting. IMF mengatakan, pemerintah perlu terus membangun ketahanan fiskal untuk menghadapi guncangan dalam ketidakpastian. Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva meminta otoritas untuk membangun kerangka fiskal yang robust dan menyiapkan strategi dalam menghadapi perubahan iklim. 

IMF memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara akan melambat menjadi 3,2 persen pada tahun ini. Inflasi juga diperkirakan mencapai 10 persen pada 2023.

 

"Utang negara adalah perhatian, terutama pada negara yang merupakan importir minyak dan ini adalah persoalan yang harus kita kerjakan bersama," ujar Georgieva.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement